My Blog List

Search This Blog

Thursday 12 August 2010

MAKALAH PEMBELAJARAN

KATA PENGANTAR

      Puji syukur kehadirat Allah SWT,karena dengan rahmat dan karunia-Nya kami masih di beri kesempatan untuk menyelesaikan makalah ini yang berjudul “Aspek-aspek yang mempengaruhi Perkembangan Pembelajaran Siswa”.Tidak lupa saya ucapkan kepada dosen pembimbing dan teman-teman yang telah memberikan dukungan dalam menyelesaikan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak kekurangan, oleh sebab itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan makalah ini .Dan semoga dengan selesainya makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan teman-teman.Amin


                                                                                                                                      Madiun, Juni 2010


                                                                            DAFTAR ISI

Halaman judul …………………………………………………………………….. i
Kata pengantar ……………………………………………………………………. ii
Daftar isi …………………………………………………………………….. iii
BAB I. PENDAHULUAN
A . Latar Belakang Masalah ....................................................................... 1
B . Rumusan Masalah ................................................................................ 1
C . Tujuan Penulisan ................................................................................. 1
BAB II. KONSEP DASAR PERKEMBANGAN BELAJAR PESERTA DIDIK
A. Pengertian Perkembangan .................................................................... 2
B. Pengertian Belajar ................................................................................ 3
C. Pengertian Peserta Didik .................................................................... 4
BAB III. ASPEK-ASPEK YANG MEMPENGARUHI PERKEMBANGAN PEMBELAJARAN SISWA
A. Aspek Psikososial Dalam Perkembangan Anak ................................... 5
B. Prinsip-prinsip Pengembangan Kurikulum ........................................... 5
C. Pengembangan Intruksional ................................................................. 10
D. Jenis Wacana ......................................................................................... 11
BAB IV. PENUTUP
A. Simpulan ……………………………………………………………… 12
B. Saran ………………………………………………………………….. 12
C. Harapan ……………………………………………………………….. 12

DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………………….. 13






BAB I
PENDAHULUAN



A. Latar Belakang

Sebagian besar dari perkembangan berlangsung melalui kegiatan belajar. Dalam perkembangan dan kemajuan suatu bangsa dapat ditentukan oleh proses belajar yang dilakukan oleh penduduknya, terutama proses belajar dalam hal pendidikan. Mengingat sangat pentingnya bagi kehidupan, maka proses belajar harus dilaksanakan sebaik - baiknya sehingga memperoleh hasil yang diharapkan. Usaha dan keberhasilan belajar dipengaruhi oleh banyak faktor. Faktor tersebut dapat berasal dari dalam dirinya atau di luar dirinya atau lingkungan. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk memehami berbagai faktor tersebut. Agar belajar menjadi lebih efektif sehingga hasinnya sesuai dengan yang diharapkan.
B. Rumusan Masalah
• Apa yang yang dimaksud dengan perkembangan , belajar dan peserta didik ?
• Aspek-aspek apa sajakah yang mempengaruhi perkembangan belajar siswa ?
• Apa saja faktor yang mempengaruhi belajar siswa ?
C. Tujuan
• Mengetahui faktor – faktor yang berpengaruh dalam belajar
• Mengetahui dan menjelaskan aspek-aspek yang mempengaruhi perkembangan belajar siswa.
• Mengetahui dan menyebutkan faktor yang mempengaruhi belajar.



BAB II
KONSEP DASAR PERKEMBANGAN BELAJAR PESERTA DIDIK

A. Pengertian Perkembangan
Perubahan merupakan hal yang melekat dalam perkembangan. E.B. Hurlock (Istiwidayanti dan Soejarwo, 1991) mengemukakan bahwa perkembangan atau development merupakan serangkaian perubahan progresif yang terjadi sebagai akibat dari proses kematangan dan pengalaman. Ini berarti, perkembangan terdiri atas serangkaian perubahan yang bersifat progresif (maju), baik secara kuantitatif maupun kualitatif. Perubahan kualitatif disebut juga ”pertumbuhan” merupakan buah dari perubahan aspek fisik seperti penambahan tinggi, berat dan proporsi badan seseorang. Perubahan kuantitatif meliputi peubahan aspek psikofisik, seperti peningkatan kemampuan berpikir, berbahasa, perubahan emosi dan sikap, dll. Selain perubahan ke arah penambahan atau peningkatan, ada juga yang mengalami pengurangan seperti gejala lupa dan pikun. Jadi perkembangan bersifat dinamis dan tidak pernah statis.
Terjadinya dinamika dalam perkembangan disebabkan adanya ”kematangan dan pengalaman” yang mendorong seseorang untuk memenuhi kebutuhan aktualisasi/realisasi diri. Kematangan merupakan faktor internal (dari dalam) yang dibawa setiap individu sejak lahir, seperti ciri khas, sifat, potensi dan bakat. Pengalaman merupakan intervensi faktor eksternal (dari luar) terutama lingkungan sosial budaya di sekitar individu. Kedua faktor (kematangan dan pengalaman) ini secara stimultan mempengaruhi perkembangan seseorang. Seseorang anak yang memiliki bakat musik dan didukung oleh pengalaman dalam lingkungan keluarga yang mendukung perkembangan bakatnya seperti menyediakan dan memberi les musik, akan berkembang terus menerus sepanjang hayat memungkinkan manusia menyesuaikan diri dengan lingkungan di mana manusia hidup. Sikap manusia terhadap perubahan berbeda-beda tergantung beberapa faktor, diantaranya pengalaman pribadi, streotipe dan nilai-nilai budaya, perubahan peran, serta penampilan dan perilaku seseorang.


B.Pengertian Belajar
Cukup banyak para ahli yang merumuskan pengertian belajar. Slamento (1995) merumuskan belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh perubahan tingkahlaku secara keseluruhan sebagai hasil pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungannya. Sementara Winkel (1989) mendefinisikan belajar sebagai suatu proses kegiatan mental pada diri seseorang yang berlangsung dalam interaksi aktif individu dengan lingkungannya. Sehingga menghasilkan perubahan yang relatif menetap/ bertahan dalam kemampuan ranah kognitif, afektif, maupun psikomotorik, yang diperoleh melalui interaksi individu dengan lingkungannya. Perubahan perilaku sebagai hasil belajar terjadi secara sadar, bersifat kontinu, relatif menetap, dan mempunyai tujuan terarah pada kemajuan yang progresif.
Belajar abad 21, seperti yang dikemukakan Delors (Unesco, 1996), didasarkan pada konsep belajar sepanjang hayat (life long learning) dan belajar begaimana belajar (learning how to learn). Konsep ini bertumpu pada empat pilar pembelajaran yaitu : (1) learning to know (belajar mengetahui) dengan memadukan pengetahuan umum yang cukup luas dengan kesempatan untuk bekerja melalui kemampuan belajar bagaimana caranya belajar sehingga diperoleh keuntungan dari peluang-peluang pendidikan sepanjang hayat yang tersedia; (2) learning to do (belajar berbuat) bukan hanya untuk memperoleh suatu keterampilan kerja tetapi juga untuk mendapatkan kompetensi berkenaan dengan bekerja dalam kelompok dan berbagai kondisi sosial yang informal; (3) learning to be (belajar menjadi dirinya) dengan lebih menyadari kekuatan dan keterbatasan dirinya, dan terus menerus mengembangkan kepribadiannya menjadi lebih baik dan mampu bertindak mandiri, dan membuat pertimbangan berdasarkan tanggung jawab pribadi; (4) learning to live together (belajar hidup bersama) dengan cara mengembangkan pengertian dan kemampuan untuk dapat hidup bersama dan bekerjasama dengan orang lain dalam masyarakat global yang semakin pluralistik atau /majemuk secara damai dan harmonis, yang didasari dengan nilai-nilai demokrasi, perdamaian, hak asasi manusia, dan perkembangan berkelanjutan.

C.Pengertian Peserta Didik
Peserta didik dalam arti luas adalah setiap orang yang terkait dengan proses pendidikan sepanjang hayat, sedangakan dalam arti sempit adalah setiap siswa yang belajar disekolah (Sinolungan, 1997). Departemen Pendidikan Nasional (2003) menegaskan bahwa, peserta didik adalah angota masyarakat yang berusaha mengembangkan dirinya melalui jalur, jenjang dan jenis pendidikan. Peserta didik usia SD/MI adalah semua anak yang berada pada rentang usia 6-12/13 tahun yang sedang berada dalam jenjang pendidikan SD/MI.
Peserta Didik merupakan subjek yang menjadi fokus utama dalam penyelenggaraan pendidikan dan pembelajaran. Penting anda pahami sebagai guru kelas SD bahwa pemahaman dan perlakuan terhadap peserta didiksebagai suatu totalitas atau kesatuan.
Sinolungan (1997) juga mengemukakan, manusia termasuk peserta didik adalah mahluk totalitas ”homo trieka”. Ini berarti manusia termasuk peserta didik merupakan (a) mahluk religius yang menerima dan mengakui kekuasaan Tuhan atas dirinya dan alam lingkungan sekitarnya, (b) mahluk sosial yang membutuhkan orang lain dalam berinteraksi dan saling mempengaruhi agar berkembang sebagai manusia; serta (c) mahluk individual yang memiliki keunikan (ciri khas, kelebihan, kekurangan, sifat dan kepribadian, dll.), yang membedakan dari individu lain.
Jadi dalam mempelajari dan memperlakuakan peserta didik, termasuk peserta didik usia SD/MI hendaknya dilakukan secara utuh, tidak terpisah-pisah. Kita harus melihat mereka sebagai suatu kesatuan yang unik, yang terkait satu dengan yang lainnya.




BAB III
ASPEK-ASPEK YANG MEMPENGARUHI PERKEMBANGAN PEMBELAJARAN SISWA

A. Aspek Psikososial Dalam Perkembangan Anak
Perkembangan anak pada umumnya meliputi keadaan phisik, emosional sosial intelektualnya. Bila kesemuanya ini berjalan secara harmonis maka dapat dikatakan bahwa anak tersebut dalam keadaan sehat jiwanya (mentally helath). Pengertian yang cukupmengenai fase-fase perkembangan manusia pada umumnya merupakan hal yang sangat penting untuk dapat membantu anak dalam memperkembangkan dirinya agar dapat mencapai perkembangan secara harmonis dan optimal. Tiap-tiap fase mempunyai kekhususannya sendiri. Seperti telah diketahui fase-fase perkembangan anak dapat di bagi menjadi beberapa : fase bayi (0 – 2 tahun), fase prasekolah (2 – 5 tahun), fase umur sekolah (5 – 12 tahun), fase remaja (12 -18 tahun), fase dewasa. Beberapa peneliti telah membuktikan bahwa dalam perkembangan jiwa terdapat periode-periode kritik yang berarti bahwa bila periode-periode ini tidak dapat dilalui dengan harmonis maka akan timbul gejala-gejala yang menujukkan misalnya, keterlambatan, ketegangan, kesulitan penyesuaian diri kepribadian yang terganggu bahkan menjadi gagal sama sekali dalam tugas sebagai makhluk sosial untuk mengadakan hubungan antar manusia yang memuaskan baik untuk diri sendiri untuk orang di lingkungannya (psikotik).
B. Prinsip-prinsip Pengembangan Kurikulum
Agar kurikulumdapat berfungsi sebagai pedoman , maka ada sejumlah prinsip dalam proses pengembangannya. Dibawah ini akan di uraikan sejumlah prinsip yang dianggap penting.
1. Prinsip Relevansi
Kurikulum merupakan rel-nya pendidikan untuk membawa siswa agar dapat hidup sesuai dengan nilai- nilai yang ada di masyarakat serta membekali siswa baik dalam bidang pengetahuan, sikap maupun keterampilan sesuai dengan tuntunan dan harapan masyarakat.Oleh sebab itu, pengalaman-pengalaman belajar yang disusun dalam kurikulum harus relevan dengan kebutuhan masyarakat. Inilah yang disebut dengan prinsip relevansi.
Ada dua macam relevansi, yaitu rerlevansi internal dan relevasi eksternal. Relevansi internal adalah bahwa setiap kurikulum harus memiliki keserasian antara komponen-komponennya, yaitu keserasian antara tujuan yang akan dicapai,isi, materi atau pengalaman belajar yang harus dimiliki siswa, strategi atau metode yang digunakan serta alat penilaian untuk melihat tercapainya tujuan. Relevan eksternal berkaitan dengan keserasian antara tujuan , isi, dan proses belajar siswa yang tercakup dalam kurikulum dengan kebutuhan dan tuntunan masyarakat.
1. 1. Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar anak dan kurikulum berbasis kopentensi Prestasi belajar di sekolah sangat dipengaruhi oleh kemampuan umum kita yang diukur oleh IQ, IQ yang tinggi meramalkan sukses terhadap prestasi belajar. Namun IQ yang tinggi ternyata tidak menjamin sukses di masyarakat.Semua itu merupakan faktor yang yang mendukung untuk menetukan cara belajar seseorang, berikut ini akan di paparkan mengenai pengtahuan faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar anak dan kurikulum berbasis kopentensi pada sekolah dasar yaitu :

1. Pengaruh pendidikan dan pembelajaran
Seorang secara genetis telah lahir dengan suatu organisme yang disebut inteligensi yang bersumber dari otaknya. Struktur otak telah ditentukan secara genetis, namun berfungsinya otak tersebut menjadi kemampuan umum yang disebut inteligensi, sangat dipengaruhi oleh interaksi dengan lingkungannya (Semiawan, C, 1997).Pada kala bayi lahir ia telah dimodali 100 - 200 milyar sel otak dan siap memproseskan beberapa trilyun informasi. Cara pengelolaan inteligensi sangat mempengaruhi kualitas manusianya (Semiawan, C, 1997).Pada kala bayi lahir ia telah dimodali 100 - 200 milyar sel otak dan siap memproseskan beberapa trilyun informasi. Cara pengelolaan inteligensi sangat mempengaruhi kualitas manusianya, tetapi sayang perlakuan lingkungan dalam caranya tidak selalu menguntungkan perkembangan inteligensi yang berpangaruh terhadap kepribadian dan kualitas kehidupan manusia.Ternyata dari berbagai penelitian bahwa pada umumnya hanya kurang lebih 5% neuron otak berfungsi penuh (Clark, 1986). Interface antar berbagai stimulus lingkungan melalui interaksi untuk mewujudkan aktualitasasi diri individu secara optimal dalam masyarakat di mana ia hidup dan juga aktualisasi daerah pada masyarakat yang lebih luas, nasional maupun global, inilah yang harus menjadi perhatian pengelola ataupun atasan atas perlakuan subjek SDM, dalam hal kita, para guru dalam perlakuannya terhadap peserta didik.

2. Perkembangan dan Pengukuran Otak
Perkembangan otak juga sangat berpengaruh dalam perkembangan belajar siswa karena dengan otak yang cerdas dapat dengan mudah menerima pembelajaran yang diberikan dan kemudian mencernanya dan mengembangkannya menjadi hal baru.
3. Kecerdasan (Inteligensi) Emosional
Prestasi belajar di sekolah sangat dipengaruhi oleh kemampuan umum kita yang diukur oleh IQ, IQ yang tinggi meramalkan suskse terhadap prestasi belajar.
Emosi selain mengandung persaan yang dihayati seseorang, juga mengandung kemampuan mengetahui (Menyadari) tentang perasaan yang dihayati dan kemampuan bertindak terhadap perasaan itu. Bahkan pada hakekatnya emosi itu adalah impuls untuk bertindak.
Prestasi dalam belajar merupakan dambaan bagi setiap orangtua terhadap anaknya. Prestasi yang baik tentu akan didapat dengan proses yang baik. Dalam proses belajar, hal yang harus diutamakan adalah bagaimana anak dapat menyesuaikan diri terhadap lingkungan dan rangsangan ada, sehingga terdapat reaksi yang muncul dari anak. Reaksi yang dilakukan merupakan usaha untuk menciptakan kegiatan belajar sekaligus menyelesaikannya. Sehingga nantinya akan mendapatkan hasil yang mengakibatkan perubahan pada anak sebagai hal baru serta menambah pengetahuan.
1. 2 . Faktor – faktor yang mempengaruhi belajar :
Secara global, faktor-faktor yang mempengaruhi belajar siswa dapat dibedakan menjadi tiga macam, yakni:
1. Faktor internal (faktor dari dalam siswa), yaitu keadaan/ kondisi jasmani dan rohani siswa.
2. Faktor eksternal (faktor dari luar siswa), yaitu kondisi lingkungan di sekitar siswa.
3. Faktor pendekatan belajar (approach to learning), yaitu jenis upaya belajar siswa yang meliputi strategi dan metode yang digunakan siswa untuk melakukan kegiatan pembelajaran materi-materi pelajaran.
Faktor-faktor diatas dalam banyak hal sering saling berkaitan dan mempengaruhi satu sama lain. Seorang siswa yang besikap conserving terhadap ilmu pengetahuan atau bermotif ekstrinsik (faktor eksternal) umpamanya, biasanya cenderung mengambil pendekatan belajar yang sederhana dan tidak mendalam. Sebaliknya, seorang siswa yang berintelegensi tinggi (faktor internal) dan mendapat dorongan positif dari orang tuanya (faktor eksternal), mungkin akan memilih pendekatan belajar yang lebih mementingkan kualitas hasil pembelajaran. Jadi, karena pengaruh faktor-faktor tersebut diatas, muncul siswa-siswa yang high-achievers (berprestasi tinggi) dan under-achievers (prestasi rendah) atau gagal sama sekali. Dalam hal ini, seorang guru yang kompeten dan professional diharapkan mampu mengantisipasi kemungkinan-kemungkinan munculnya kelompok siswa yang menunjukkan gejala kegagalan dengan berusaha mengetahui dan mengatasi faktor yang menghambat proses belajar mereka.

2. Prinsip Fleksibel
Apa yang diharapkan dalam kurikulum ideal kadang-kadang tidak sesuai dengan kondisi kenyataan yang ada. Bisa saja ketidaksesuaian itu ditunjukkan oleh kemampuan guru yang kurang,latar belakang atau kemampuan dasar siswa yang rendah. Kurikulum harus bersifat fleksibel.Artinya, kurikulum itu harus bisa dilaksanakan sesuai dengan kondisi yang ada. Kurikulum yang kaku atau tidak fleksibel akan sulit diterapkan.

3. Prinsip Kontinuitas
Prinsip ini mengandung pengertian bahwa perlu dijaga saling keterkaitan dan kesinambungan antara materi pembelajaran pada berbagai jenjang dan jenis program pendidikan. Prinsip ini sangat penting bukan hanya untuk menjaga agar tidak terjadi pengulangan-pengulangan materi pembelajaran yang memungkinkan program pengajaran tidak efektif dan efisien, akan tetapi juga untuk keberhasilan siswa dalam menguasai materi pelajaran pada jenjang pendidikan tertentu.


4. Efektifitas
Prinsip efektifitas berkenaan dengan rencana dalam suatu kurikulum dapat dilaksanakan dan dapat dicapai dalam kegiatan belajar mengajar. Efektifitas kegiatan guru berhubungan dengan keberhasilan mengimplementasikan program sesuai dengan perencanaan yang telah disusun.

5. Efisiensi
Prinsip efisiensi berhubungan dengan perbandingan antara tenaga, waktu, suara, dan biaya yang dikeluarkan dengan hasil yang diperoleh. Kurikulum dikatakan memiliki tingkat efisiensi yang tinggi apabila dengan sarana, biaya yang minimal dan waktu yang terbatas dapat memperoleh hasil yang maksimal.

C.Pengembangan Intruksional
Pengembangan Instruksional adalah cara sistematis dalam mengidentifikasi dan mengembangkan tujuan, materi, strategi belajar-mengajar, alat Bantu pengajaran, dan evaluasi, yang diarahkan untuk pencapaian tujuan, baik tujuan khusus maupun tujuan umum. Pengembangan instruksional secara garis besar dapat dipandang sebagai teknik pengelolaan dalam mencari pemecahan masalah pendidikan atau setidak-tidaknya dalam mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya dan sumber tenaga yang ada untuk memperbaiki mutu pendidikan.
Ada model pengembangan instruksional, misalnya Teching Research System (Hamreus,1968), Michigan State University Instructional Development Model (Barson, 1976), System Approach For Education (Corigan, 1996), project Minerva Iinstructioanal System Design (Tracy, 1967), Benathy Instructioanal System (Benathy, 1968), Instructional Development System (IDI, 1971), dan Kemp (1977). Model-model itu mempunyai perbedaan dan persamaan. Perbedaan, terutama terletak pada peristilahan yang dipakai, urutan, dan kelengkapan langkahnya.


D. Jenis Wacana

Wacana-wacana dapat diklasifikasikan dengan berbagai cara, tergantung dari sudut pandangan kita, antara lain :
a. Berdasarkan tertulis atau tidaknya wacana
b. Berdasarkan langsung atau tidak langsungnya pengungkapan wacana
c. Berdasarkan cara penuturan wacana
Berdasarkan apakah wacana itu disampaikan dengan media tulis atau media lisan, maka wacana dapat diklasifikasikan atas :
a. wacana tulis
b. wacana lisan
Berdasarkan langsung dan tidaknya pengungkapan, wacana dapat diklasifikasikan atas :
a. wacana langsung
b. wacana tidak langsung
Berdasarkan cara menuturkannya, maka wacana dapat diklasifikasikan atas :
a. wacana pembeberan
b. wacana penuturan
Berdasarkan bentuknya, wacana dapat pula kita bagi atas :
a. wacana prosa
b. wacana puisi
c. wacana drama








BAB IV
PENUTUP
A. Simpulan

Suatu sistem pendidikan dapat dikatakan bermutu, jika proses belajar-mengajar berlangsung secara menarik dan menantang sehingga peserta didik dapat belajar sebanyak mungkin melalui proses belajar yang berkelanjutan. Proses pendidikan yang bermutu akan membuahkan hasil pendidikan yang bermutu dan relevan dengan pembangunan. Untuk mewujudkan pendidikan yang bermutu dan efisien perlu disusun dan dilaksanakan program-program pendidikan yang mampu membelajarkan peserta didik secara berkelanjutan, karena dengan kualitas pendidikan yang optimal, diharapkan akan dicapai keunggulan sumber daya manusia yang dapat menguasai pengetahuan, keterampilan dan keahlian sesuai dengan ilmu pengetahuan dan teknologi yang terus berkembang.

B. Saran
Untuk menunjang kemajuan peserta didik diperlukan modifikasi kurikulum. Kurikulum secara umum mencakup semua pengalaman yang diperoleh peserta didik di sekolah, di rumah, dan di masyarakat dan yang membantunya mewujudkan potensi-potensi dirinya. Jika kurikulum umum bertujuan untuk dapat memenuhi kebutuhan pendidikan pada umumnya, maka saat ini haruslah diupayakan penyelenggaraan kurikulum yang berdiferensi untuk memberikan pelayanan terhadap perbedaan dalam minat dan kemampuan peserta didik. Dalam melakukan kurikulum yang berbeda terhadap peserta didik yang mempunyai potensi keberbakatan yang tinggi, guru dapat merencanakan dan menyiapkan materi yang lebih kompleks, menyiapkan bahan ajar yang berbeda, atau mencari penempatan alternatif bagi siswa

C. Harapan
Dengan adanya kreativitas yang diimplementasiakan dalam sistem pembelajaran, peserta didik nantinya diharapkan dapat menemukan ide-ide yang berbeda dalam memecahkan masalah yang dihadapi sehingga ide-ide kaya yang kreatif dan inovatif nantinya dapat bersaing dalam kompetisi global yang selalu berubah. Perkembangan anak didik yang baik adalah perubahan kualitas yang seimbang baik fisik maupun mental.

DAFTAR PUSTAKA

B.Simandjuntak dan I.L.Pasaribu.1980.PsikologiPerkembangan.
Bandung :Tarsito.hal.56
Wina Sanjaya.2008.Kurikulum dan Pembelajaran.Jakarta : Kencana 2008 . hal. 39
M.Atar Semi.1990.Rencana Pengajaran Bahasa dan Sastra Indonesia.
Bandung :Angkasa. hal.4
H.G.Tarigan.1987.Pengajaran Wacana.Bandung :Angkasa. hal.51
http://ipotes.wordpress.com/2009/06/06/konsep-dasar-perkembangan-belajar-peserta-didik/
http://husamah.staff.umm.ac.id/files/2010/03/MAKALAH-final.pdf



No comments:

Post a Comment