My Blog List

Search This Blog

Tuesday 24 May 2016

Tips Cara Menyusun Skripsi yang Baik

Tips Cara Menyusun Skripsi yang Baik

1. Siapkan Diri. Hal pertama yang wajib dilakukan adalah persiapan dari diri Anda sendiri. Niatkan kepada Tuhan bahwa Anda ingin menulis skripsi. Persiapkan segalanya dengan baik. Lakukan dengan penuh kesungguhan dan harus ada kesediaan untuk menghadapi tantangan/hambatan seberat apapun.
2. Minta Doa Restu. Saya percaya bahwa doa restu orang tua adalah tiada duanya. Kalau Anda tinggal bersama orang tua, mintalah pengertian kepada mereka dan anggota keluarga lainnya bahwa selama beberapa waktu ke depan Anda akan konsentrasi untuk menulis skripsi. Kalau Anda tinggal di kos, minta pengertian dengan teman-teman lain. Jangan lupa juga untuk membuat komitmen dengan pacar. Berantem dengan pacar (walau sepele) bisa menjatuhkan semangat untuk menyelesaikan skripsi.
3. Buat Time Table. Ini penting agar penulisan skripsi tidak telalu time-consuming. Buat planning yang jelas mengenai kapan Anda mencari referensi, kapan Anda harus mendapatkan judul, kapan Anda melakukan bimbingan/konsultasi, juga target waktu kapan skripsi harus sudah benar-benar selesai.
4. Berdayakan Internet. Internet memang membuat kita lebih produktif. Manfaatkan untuk mencari referensi secara cepat dan tepat untuk mendukung skripsi Anda. Bahan-bahan aktual bisa ditemukan lewat Google Scholar atau melalui provider-provider komersial seperti EBSCO atau ProQuest.
5. Jadilah Proaktif. Dosen pembimbing memang “bertugas” membimbing Anda. Akan tetapi, Anda tidak selalu bisa menggantungkan segalanya pada dosen pembimbing. Selalu bersikaplah proaktif. Mulai dari mencari topik, mengumpulkan bahan, “mengejar” untuk bimbingan, dan seterusnya.
6. Be Flexible. Skripsi mempunyai tingkat “ketidakpastian” tinggi. Bisa saja skripsi anda sudah setengah jalan tetapi dosen pembimbing meminta Anda untuk mengganti topik. Tidak jarang dosen Anda tiba-tiba membatalkan janji untuk bimbingan pada waktu yang sudah disepakati sebelumnya. Terkadang Anda merasa bahwa kesimpulan/penelitian Anda sudah benar, tetapi dosen Anda merasa sebaliknya. Jadi, tetaplah fleksibel dan tidak usah merasa sakit hati dengan hal-hal yang demikian itu.
7. Jujur. Sebaiknya jangan menggunakan jasa “pihak ketiga” yang akan membantu membuatkan skripsi untuk Anda atau menolong dalam mengolah data. Skripsi adalah buah tangan Anda sendiri. Kalau dalam perjalanannya Anda benar-benar tidak tahu atau menghadapi kesulitan besar, sampaikan saja kepada dosen pembimbing Anda. Kalau disampaikan dengan tulus, pastilah dengan senang hati ia akan membantu Anda.

Cara Menghilangkan Jerawat dengan Bawang Putih

Cara Menghilangkan Jerawat dengan Bawang Putih

Bawang putih ternyata juga sangat ampuh untuk membasmi jerawat membandel pada wajah dan mengembalikan ‘kelestarian’ wajah alami anda. Bawang putih merupakan antivirus, antijamur, antioksidan, dan antiseptik yang juga dapat dimanfaatkan untuk kesehatan kulit. Kandungan zat Sulfur bawang putih sangat ampuh dalam proses penyembuhan jerawat membandel.
Cara Penggunaan:
  • Potong 1 siung bawang putih menjadi dua bagian
  • Gosokkan bawang putih pada jerawat membandel di wajah, diamkan selama kurang lebih 5-10 menit
  • Cuci dengan air suam-suam
  • Lakukan beberapa kali sehari secara rutin sampai jerawat mengecil
Konsumsi bawang putih secara rutin sangat penting untuk membantu kelancaran peredaran darah, yang juga berperan dalam membantu menghilangkan jerawat. Pastikan tidak berlebihan karena mungkin akan mengganggu lambung anda.

Cara Menghilangkan Jerawat Secara Alami

Cara Menghilangkan Jerawat Secara Alami

Mentimun sudah sangat fimiliar digunakan sebagai masker wajah untuk mendapatkan kulit wajah yang halus dan bercahaya. Efek mentimun dapat bekerja sebagai anti-inflamasi, sangat cocok untuk mengobati jerawat yang mulai memerah dan memberikan efek peradangan.
Cara Penggunaan (Jerawat Baru):
  • Iris mentimun beberapa segar
  • Letakkan pada daerah jerawat
  • Biarkan selama 30-60 menit
  • Bilas dengan air bersih
  • Lakukan secara rutin tiap hari, sampai jerawat hilang
Cara Penggunaan (Jerawat Meradang / Membandel):
  • Jus mentimun segar (tanpa air)
  • Jadikan masker pada wajah
  • Biarkan 30-60 menit
  • Bilas bersih dengan air hangat
  • Lakukan secara rutin, hingga jerawat hilang.

Kumpulan Peribahasa Indonesia Terbaru

Kumpulan Peribahasa Indonesia

1. Menang jadi arang, kalah jadi abu. Artinya kalah ataupun menang sama-sama menderita.

2. Bagaikan abu di atas tanggul.Artinya orang yang sedang berada pada kedudukan yang sulit dan mudah jatuh.

3. Ada Padang ada belalang, ada air ada pula ikan.Artinya Di mana pun berada pasti akan tersedia rezeki buat kita.

4. Adat pasang turun naik. Artinya kehidupan di dunia ini tak ada yang abadi, semua senantiasa silih berganti.

5. Membagi sama adil, memotong sama panjang. Artinya jika membagi maupun memutuskan sesuatu hendaknya harus adil dan tidak berat sebelah.

6. Air beriak tanda tak dalam. Artinya orang yang banyak bicara biasanya tak banyak ilmunya.

7. Air tenang menghanyutkan. Artinya orang yang kelihatannya pendiam, namun ternyata banyak menyimpan ilmu pengetahuan dalam pikirannya.

8. Air cucuran atap jatuhnya ke pelimbahan juga. Artinya Sifat-sifat anak biasanya menurun dari sifat orangtuanya.

9. Berguru kepalang ajar, bagai bunga kembang tak jadi. Artinya Menuntut ilmu hendaknya sepenuh hati dan tidak tanggung-tanggung agar mencapai hasil yang baik.

10. Sepandai-pandai tupai melompat, sekali waktu jatuh juga. Artinya Sepandai-pandainya manusia, suatu saat pasti pernah melakukan kesalahan juga.

11. Tong kosong nyaring bunyinya. Artinya Orang sombong dan banyak bicara biasanya tidak berilmu.

12. Tong penuh tidak berguncang, tong setengah yang berguncang. Artinya Orang yang berilmu tidak akan banyak bicara, tetapi orang bodoh biasanya banyak bicara seolah-olah tahu banyak hal.

13. Tua-tua keladi, makin tua makin menjadi. Artinya Orang tua yang bersikap seperti anak muda, terutama dalam masalah percintaan.

14. Karena nila setitik, rusak susu sebelanga. Artinya Karena kesalahan kecil, menghilangkan semua kebaikan yang telah diperbuat.

15. Bagaikan burung di dalam sangkar. Artinya Seseorang yang merasa hidupnya dikekang.

16.Terbuat dari emas sekalipun, sangkar tetap sangkar juga. Artinya Meskipun hidup dalam kemewahan tetapi terkekang, hati tetap merasa tersiksa juga.

17. Sakit sama mengaduh, luka sama mengeluh. Artinya Seiya sekata dalam semua keadaan.

18. Malang tak dapat ditolak, mujur tak dapat diraih. Artinya Segala sesuatu dalam kehidupan bukan manusia yang menentukan.

19. Barangsiapa menggali lubang, ia juga terperosok ke dalamnya. Artinya Bermaksud mencelakakan orang lain, tetapi dirinya juga ikut terkena celaka.

20. Jauh di mata dekat di hati. Artinya Dua orang yang tetap merasa dekat meski tinggal berjauhan.

21. Seberat-berat mata memandang, berat juga bahu memikul. Artinya Seberat apapun penderitaan orang yang melihat, masih lebih menderita orang yang mengalaminya.

22. Badan boleh dimiliki, hati jangan. Artinya Ungkapan bahwa orang tersebut sudah memiliki kekasih, hatinya sudah ada yang memiliki. Secara fisik mau menuruti segala macam perintah yang menindas, namun di dalam hati tetap menentang.

23. Lain di bibir lain di hati. Artinya Perkataan yang tidak sesuai dengan kata hatinya, tidak jujur.

24. Seperti lebah, mulut bawa madu, pantat bawa sengat. Artinya Berwajah rupawan namun perilakunya jahat.

25. Ada harga ada rupa. Artinya Harga suatu barang tentu disesuaikan dengan keadaan barang tersebut.

26. Membelah dada melihat hati. Artinya Ungkapan untuk menyatakan kesungguhan.

27. Sedap jangan ditelan, pahit jangan segera dimuntahkan. Artinya Berpikir baik-baik sebelum bertindak agar tidak kecewa.

28. Karena mata buta, karena hati mati. Artinya Menjadi celaka karena terlalu menuruti hawa nafsunya.

29. Pandai berminyak air. Artinya Pandai menyusun kata-kata untuk mencapai maksudnya.

30. Putih kapas dapat dibuat, putih hati berkeadaan. Artinya Kebaikan hati yang bisa dilihat dari tingkah lakunya.

31. Dibujuk ia menangis, ditendang ia tertawa. Artinya Mau bekerja dengan baik jika sudah mendapat teguran.

Thursday 7 February 2013

"MISTERI 3 ANGKA DI NOMOR HP KITA"


Percaya atau tidak, pada tiga angka terakhir no hape kita itu ternyata menyimpan nama-nama asing, yg hingga saat ini masih menjadi misteri besar dan terus diselidiki oleh para ahli perdukunan tingkat internasional untuk mengungkap fakta ajaib tersebut! Kenapa nama2 itu bisa tersimpan otomatis, sementara perusahaan2 penyedia SIM Card tidak pernah memasukan nama2 itu. Ada yg mengatakan itu adalah nama2 tentara korban perang yg tewas selama perang dunia, ada juga yg berkata bahwa itu nama2 jin atau arwah penunggu angka2 tersebut?! Serem ya....hhmmmm
Untuk mengetahui siapa penunggu no hape kamu, coba laksanakan langkah di bawah ini:
1. Syarat utama adalah kamu harus punya hape dulu dan punya akun facebook.
2. Lihat tiga angka terakhir no HP-mu, misalnya: 220.
3. Tulis di kolom komen facebook dgn format: @+[220:]
4. Hilangkan tanda + lalu tekan OK atau ENTER

SELAMAT MENCOBA...!!!JANGAN TERKEJUT DENGAN HASILNYA DAN KALIAN PASTI BERTANYA-TANYA.."KOK BISA???"

Friday 13 August 2010

Jenis-jenis Pernapasan Hewan

Sistem Pernapasan Hewan

A. Burung

Burung mempunyai saluran pernapasan yang terdir atas lubang hidung, trakea, bronkus dan paru-apru. Pada bagian bawah trakea terdapat alat suara disebut siring. Burung mempunyai alat bantu pernapasan yang disebut pundi-pundi udara yang berhubungan dengan paru-paru. Fungsi pundi-pundi udara antara lain untuk membantu pernapasan dan membantu membesarkan rongga siring sehingga dapat memperkeras suara. Proses pernapasan pada burung terjadi sebagai berikut. Jika otot tulang rusuk berkontaksi, tulang rusuk bergerak ke arah depan dan tulang dada bergerak ke bawah. Rongga dada menjadi besar dan tekanannya menurun. Hal ini menyebabkan udara masuk ke dalam paru-paru dan selanjutnya masuk ke dalam pundi-pundi udara. Pada waktu otot tulang rusuk mengendur, tulang rusak bergerak ke arah belakang dan tulang dada bergerak ke arah atas. Rongga dada mengecil dan tekanannya menjadi besar, mengakibatkan udara keluar dari paru-paru. Demikian juga udara dari pundi-pundi udara keluar melalui paru-apru. Pengambilan oksigen oleh paru-paru terjadi pada waktu inspirasi dan ekspirasi. Pertukaran gas hanya terjadi di dalam paru-paru.


B. Reptil
Reptil bernapas dengan paru-paru. Pengambilan oksigen dan pengeluaran karbondioksida terjadi di dalam paru-paru. Keluar masuknya udara dari dan keluar paru-paru karena adanya gerakan-gerakan dari tulang rusuk. Saluran pernapasan terdiri dari lubang hidung, trakea, bronkus dan paru-paru.


C. Katak
Katak dalam daur hidupnya mengalami metamorfosis atau perubahan bentuk. Pada waktu muda berupa berudu dan setelah dewasa hidup di darat. Mula-nula berudu bernapas dengan insang luar yang terdapat di bagian belakang kepala. Insang tersebut selalu bergetar yang mengakibatkan air di sekitar insang selalu berganti. Oksigen yang terlarut dalam air berdifusi di dalam pembuluh kapiler darah yang terdapat dalam insang.
Setelah beberapa waktu insang luar ini akan berubah menjadi insang dalam dengan cara terbentuknya lipatan kulit dari arah depan ke belakang sehingga menutupi insang luar. Katak dewasa hidup di darat, pernapasannya dengan paru-paru. Selain dengan paru-paru, oksigen dapat berdifusi dalam rongga mulut yaitu melalui selaput rongga mulut dan juga melalui kulit.


D. Ikan
Ikan mas bernapas dengan insang yang terdapat pada sisi kiri dan kanan kepala. Masing-masing mempunyai empat buah insang yang ditutup oleh tutup insang (operkulum). Proses pernapasan pada ikan adalah dengan cara membuka dan menutup mulut secara bergantian dengan membuka dan menutup tutup insang. Pada waktu mulut membuka, air masuk ke dalam rongga mulut sedangkan tutup insang menutup. Oksigen yang terlarut dalam air masuk berdifusi ke dalam pembuluh kapiler darah yang terdapat dalam insang. Dan pada waktu menutup, tutup insang membuka dan air dari rongga mulut keluar melalui insang. Bersamaan dengan keluarnya air melalui insang, karbondioksida dikeluarkan. Pertukaran oksigen dan karbondioksida terjadi pada lembaran insang.
Serangga mempunyai sitem pernapasan yang disebut sistem trakea. Oksigen yang dibutuhkan oleh sel-sel tubuh untuk oksidasi tidak diedarkan oleh darah tetapi diedarkan oleh trakea yang bercabang-cabang ke seluruh tubuh. Cabang kecil trakea yang menembus jaringan tubuh disebut trakeolus. Masuknya udara untuk pernapasan tidak melalui mulut melainkan melalui stigma (spirakel).
Proses pernapasan pada serangga terjadi sebagai berikut. Dengan adanya kontraksi otot-otot tubuh, maka tubuh serangga menjadi mengembang dan mengempis secara teratur. Pada waktu tubuh serangga mengembang, udara masuk melalui stigma, selanjutnya masuk ke dalam trakea, kemudian ke dalam trakeolus dan akhirnya masuk ke dalam sel-sel tubuh. Oksigen berdifusi ke dalam sel-sel tubuh. Karbondioksida hasil pernapasan dikeluarkan melalui sistem trakea juga yang akhirnya dikeluarkan melalui stigma pada waktu tubuh serangga mengempis.


E. Cacing tanah
Cacing tanah tidak mempunyai alat pernapasan khusus. Kulitnya banyak mengandung kelenjar lendir, sehingga kulit tubuhnya menjadi basah dan lembab. Oksigen yang diperlukan oleh tubuhnya masuk melalui seluruh permukaan tubuh secara difusi. Pengeluaran karbon dioksida juga melalu permukaan tubuh.

F. Protozoa
Protozoa tidak mempunyai alat pernapasan khusus untuk memperoleh oksigen dan mengeluarkan karbon dioksida. Oksigen masuk ke dalam sel malalui selaput plasma secara difusi. Demikian juga karbon dioksida dari dalam sel deikeluarkan melalui selaput plasma.


G. Kelinci
Sistem pernapasan Kelinci hidung-bernapas (bernapas mulut adalah tanda prognosis sangat miskin). Hidung bergerak naik dan turun dalam kelinci normal ("kedut") 20-120 kali per menit, tetapi ini akan berhenti ketika kelinci sangat santai atau dibius. celah suara itu kecil dan visual tertutup oleh bagian belakang lidah. laryngospasm refleks adalah umum pada kelinci, yang dapat mempersulit intubasi endotrakeal. Rongga dada kecil, dan bernapas terutama diafragma. Paru-paru memiliki tiga lobus, lobus paru-paru dan tengkorak yang kecil (kiri lebih kecil dari kanan). jumlah besar lemak intrathoracic sering hadir. timus tetap besar di kelinci dewasa dan terletak ventral ke jantung, memperluas in ke cerukan dada.


H. Belalang
Sistem pernafasan pada serangga disebut sistem trakea. Ini melibatkan difusi oksigen secara langsung dari atmosfer ke dalam tabung berisi udara. Dengan demikian, difusi adalah melalui udara dan karenanya, lebih efisien daripada difusi melalui air (300.000 kali lebih) atau jaringan (1.000.000 kali lebih).
Pada belalang, sistem trakea terdiri dari 10 pasang spirakel, terletak lateral pada permukaan tubuh. Dari jumlah tersebut, 2 pasangan yang toraks dan 8 pasang adalah perut. Para spirakel dijaga oleh bulu-bulu halus untuk menjaga partikel asing keluar dan katup yang berfungsi untuk membuka atau menutup spirakel yang diperlukan. The spirakel terbuka ke ruang kecil yang disebut atrium yang terus disebut sebagai pembuluh udara tracheae tersebut. tracheae ini adalah tabung halus yang memiliki dinding sel epitel berlapis tunggal. Sel-sel thickenings cuticular spiral mengeluarkan sekitar tabung yang memberikan dukungan kepada tabung.
Sistem trakea Serangga Cabang tabung trakea lebih lanjut ke tracheoles halus yang masuk ke seluruh jaringan dan kadang-kadang, bahkan sel-sel serangga. Ujung tracheoles yang ada di jaringan diisi dengan cairan dan kekurangan thickenings cuticular.
Tabung trakea utama bergabung bersama untuk membentuk tiga utama trakea batang-punggung, perut dan lateral. Di beberapa tempat, trakea memperbesar untuk membentuk kantung-kantung udara yang tidak memiliki kutikula dan melayani untuk menyimpan udara.


I. Kepiting
Insang terletak pada dua ruang branchial dibentuk oleh branchiostegites dari karapas tersebut. F kepiting reshwater biasanya memiliki sembilan pasang insang (sama seperti kepiting laut).
Pada kepiting air tawar air, mayoritas air pernapasan memasuki bilik insang bagian perut melalui bukaan inhalansia (yang 'Milne-Edwards bukaan') terletak antara sendi dasar dari chelipeds antara sendi basal berjalan kaki dan margin tetangga karapas air Exhalent. meninggalkan ruang insang melalui dua saluran eferen di kedua sisi rongga mulut. Aliran pernafasan dikelola oleh aksi pemukulan dari bailers insang (scaphognathites) yang merupakan bagian dari maxillae kedua.
Penurunan jumlah insang terlihat dalam beberapa-spesies udara pernapasan seperti Afrika terestrial kepiting air tawar Globonautes Macropus. Terrestrial jenis kepiting air tawar Afrika (misalnya, Globonautes Macropus) secara berkala melakukan respirasi udara melalui paru-paru "" ( disebut "pseudolung") yang terdiri dari sebuah berdaging vascularized membran di bagian dorsal ruang insang, meskipun spesies ini juga mempertahankan insang fungsional penuh di bagian ventral dari ruang insang.


J. Kupu-kupu
Kupu-kupu adalah serangga. Menurut definisi, semua serangga memiliki enam kaki dan tiga segmen tubuh: kepala, dada dan perut.
Tiga fitur yang paling menonjol kepala adalah antena, mata dan belalai.
antena yang digunakan untuk keseimbangan dalam penerbangan dan sensasi penciuman. Kupu-kupu memiliki sayap rapuh. Sayap bisa memakai dengan mudah melalui penggunaan normal. Mereka juga dapat rusak parah karena predator yang saat menyerang hanya sayap kupu-kupu ambil daripada tubuh. Meskipun kehilangan bahkan mayoritas luas permukaan sayap mereka, kupu-kupu akan terus bisa terbang dan navigasi. Mereka dapat melakukan hal ini karena keseimbangan yang diberikan mereka dengan antena mereka. antena ini juga berguna untuk bau. Wanita rilis feromon kupu-kupu (seperti parfum) ke udara. Kupu-kupu jantan spesies yang dapat mendeteksi feromon dari sejauh 2 kilometer (lebih dari satu mil). Tergantung pada konsentrasi feromon, laki-laki akan dapat menemukan betina untuk kawin dengannya. Ini perlu dicatat bahwa beberapa spesies ngengat sensitif terhadap kehadiran feromon betina 'hingga lima kilometer (sekitar tiga mil) jauh.
Mata kupu-kupu adalah struktur berbentuk bola besar. Ini adalah mata majemuk yang terdiri dari ribuan omatidea berbentuk heksagonal. Setiap omatidea, atau sensor miniscule, diarahkan pada sudut yang sedikit berbeda dari yang lain. Secara kolektif mereka diarahkan ke segala arah - atas, bawah, depan, belakang, kiri dan kanan. Karena itu, kupu-kupu dapat melihat di hampir setiap arah secara bersamaan.
Ada harga yang harus dibayar untuk memiliki otak yang sangat kecil dan omnivision. Kupu-kupu tidak dapat memfokuskan visi mereka sebagai apa yang mereka lihat paling-paling kabur. Selain itu, mereka hanya peka terhadap tiga fitur paling dasar dari visi yang akan menjadi cahaya, warna dan gerak. Kupu-kupu dapat membedakan malam dari hari. Mereka mungkin membedakan warna bersama sebuah band yang sangat sempit dari spektrum cahaya. Oleh karena itu kupu-kupu bisa melihat dan memberi makan dari sari bunga ungu tapi tidak menyadari ke bunga merah di dekatnya. Kupu-kupu juga sensitif terhadap gerakan. Ketika Anda mencoba untuk menangkap kupu-kupu dengan tangan Anda, ia tidak akan berpikir, "Ini dia tangan Billies '". Namun ini akan menyadari bahwa sesuatu yang besar di luar sana bergerak, semakin dekat dan sudah waktunya untuk terbang.
Kupu-kupu tidak memiliki gigi atau rahang. Sebaliknya, mekanisme pemberian pakan mereka adalah tabung berlaras ganda yang panjang disebut belalai. Karena mereka feed melalui apa yang dasarnya sedotan berlaras ganda, diet cairan kupu-kupu secara eksklusif. Pakan pilihan akan bervariasi tergantung spesies kupu-kupu. Meskipun orang biasanya berpikir kupu-kupu sebagai makan dari sari bunga, diet umum lainnya termasuk lumpur, kotoran sapi, air dan pohon getah.
Orang sering bertanya apakah kupu-kupu polinator penting. Jawabannya adalah, dengan beberapa pengecualian penting, tidak. Lebah adalah penyerbukan workhorses dunia. Untuk spesies-spesies yang polinator serbuk sari akan menempel pada belalai atau kaki dan terpaksa disimpan di bunga berikutnya yang dikunjungi.
bagian dada, tubuh segmen menengah, menghubungkan pelengkap kupu-kupu '- enam kaki dan empat sayap. Telinga kupu-kupu ', membran ketat mirip dengan gendang telinga manusia juga terletak di sini. Meskipun tidak bisa dilihat, membran ini memiliki rambut-rambut di bawah mereka. Ketika sebuah gelombang suara hits membran, membran bergetar dan menyentuh rambut tersebut. Ketika dirangsang, bulu-bulu mengirim pesan ke otak yang menunjukkan arah dan jarak suara dari individu.
The reproduksi, pernafasan, sistem peredaran darah dan pencernaan yang terletak di perut. Karena cairan adalah satu-satunya yang masuk tubuh kupu-kupu itu, cairan adalah satu-satunya yang dikeluarkan. Anus terletak di ujung perut dan umumnya baik tersembunyi. sistem peredaran darah Sebuah kupu-kupu relatif sederhana. Jantung adalah pompa yang terpasang pada tabung panjang yang membentang dari perut ke kepala. Darah dipompa melalui selang ini dilepaskan ke jaringan. Melalui gradien tekanan, merembes darah melalui jaringan kembali ke perut. Ada itu tersedot kembali ke jantung dan dipompa maju lagi.
Pada kupu-kupu, tidak ada transportasi oksigen dalam darah. Kupu-kupu telah katup disebut spirakel sepanjang kedua sisi tubuh mereka. Beberapa dari spirakel, kebanyakan terletak di sepanjang perut, memungkinkan oksigen masuk. spirakel lain karbon dioksida napas. Dengan cara ini oksigen akan memasuki tubuh secara langsung. Begitu masuk, ada jaringan terowongan mirip dengan jaringan pembuluh darah di tubuh manusia. Oksigen akan berkunjung langsung ke tempat itu diperlukan dan masuk ke jaringan.

Thursday 12 August 2010

MAKALAH PEMBELAJARAN

KATA PENGANTAR

      Puji syukur kehadirat Allah SWT,karena dengan rahmat dan karunia-Nya kami masih di beri kesempatan untuk menyelesaikan makalah ini yang berjudul “Aspek-aspek yang mempengaruhi Perkembangan Pembelajaran Siswa”.Tidak lupa saya ucapkan kepada dosen pembimbing dan teman-teman yang telah memberikan dukungan dalam menyelesaikan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak kekurangan, oleh sebab itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan makalah ini .Dan semoga dengan selesainya makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan teman-teman.Amin


                                                                                                                                      Madiun, Juni 2010


                                                                            DAFTAR ISI

Halaman judul …………………………………………………………………….. i
Kata pengantar ……………………………………………………………………. ii
Daftar isi …………………………………………………………………….. iii
BAB I. PENDAHULUAN
A . Latar Belakang Masalah ....................................................................... 1
B . Rumusan Masalah ................................................................................ 1
C . Tujuan Penulisan ................................................................................. 1
BAB II. KONSEP DASAR PERKEMBANGAN BELAJAR PESERTA DIDIK
A. Pengertian Perkembangan .................................................................... 2
B. Pengertian Belajar ................................................................................ 3
C. Pengertian Peserta Didik .................................................................... 4
BAB III. ASPEK-ASPEK YANG MEMPENGARUHI PERKEMBANGAN PEMBELAJARAN SISWA
A. Aspek Psikososial Dalam Perkembangan Anak ................................... 5
B. Prinsip-prinsip Pengembangan Kurikulum ........................................... 5
C. Pengembangan Intruksional ................................................................. 10
D. Jenis Wacana ......................................................................................... 11
BAB IV. PENUTUP
A. Simpulan ……………………………………………………………… 12
B. Saran ………………………………………………………………….. 12
C. Harapan ……………………………………………………………….. 12

DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………………….. 13






BAB I
PENDAHULUAN



A. Latar Belakang

Sebagian besar dari perkembangan berlangsung melalui kegiatan belajar. Dalam perkembangan dan kemajuan suatu bangsa dapat ditentukan oleh proses belajar yang dilakukan oleh penduduknya, terutama proses belajar dalam hal pendidikan. Mengingat sangat pentingnya bagi kehidupan, maka proses belajar harus dilaksanakan sebaik - baiknya sehingga memperoleh hasil yang diharapkan. Usaha dan keberhasilan belajar dipengaruhi oleh banyak faktor. Faktor tersebut dapat berasal dari dalam dirinya atau di luar dirinya atau lingkungan. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk memehami berbagai faktor tersebut. Agar belajar menjadi lebih efektif sehingga hasinnya sesuai dengan yang diharapkan.
B. Rumusan Masalah
• Apa yang yang dimaksud dengan perkembangan , belajar dan peserta didik ?
• Aspek-aspek apa sajakah yang mempengaruhi perkembangan belajar siswa ?
• Apa saja faktor yang mempengaruhi belajar siswa ?
C. Tujuan
• Mengetahui faktor – faktor yang berpengaruh dalam belajar
• Mengetahui dan menjelaskan aspek-aspek yang mempengaruhi perkembangan belajar siswa.
• Mengetahui dan menyebutkan faktor yang mempengaruhi belajar.



BAB II
KONSEP DASAR PERKEMBANGAN BELAJAR PESERTA DIDIK

A. Pengertian Perkembangan
Perubahan merupakan hal yang melekat dalam perkembangan. E.B. Hurlock (Istiwidayanti dan Soejarwo, 1991) mengemukakan bahwa perkembangan atau development merupakan serangkaian perubahan progresif yang terjadi sebagai akibat dari proses kematangan dan pengalaman. Ini berarti, perkembangan terdiri atas serangkaian perubahan yang bersifat progresif (maju), baik secara kuantitatif maupun kualitatif. Perubahan kualitatif disebut juga ”pertumbuhan” merupakan buah dari perubahan aspek fisik seperti penambahan tinggi, berat dan proporsi badan seseorang. Perubahan kuantitatif meliputi peubahan aspek psikofisik, seperti peningkatan kemampuan berpikir, berbahasa, perubahan emosi dan sikap, dll. Selain perubahan ke arah penambahan atau peningkatan, ada juga yang mengalami pengurangan seperti gejala lupa dan pikun. Jadi perkembangan bersifat dinamis dan tidak pernah statis.
Terjadinya dinamika dalam perkembangan disebabkan adanya ”kematangan dan pengalaman” yang mendorong seseorang untuk memenuhi kebutuhan aktualisasi/realisasi diri. Kematangan merupakan faktor internal (dari dalam) yang dibawa setiap individu sejak lahir, seperti ciri khas, sifat, potensi dan bakat. Pengalaman merupakan intervensi faktor eksternal (dari luar) terutama lingkungan sosial budaya di sekitar individu. Kedua faktor (kematangan dan pengalaman) ini secara stimultan mempengaruhi perkembangan seseorang. Seseorang anak yang memiliki bakat musik dan didukung oleh pengalaman dalam lingkungan keluarga yang mendukung perkembangan bakatnya seperti menyediakan dan memberi les musik, akan berkembang terus menerus sepanjang hayat memungkinkan manusia menyesuaikan diri dengan lingkungan di mana manusia hidup. Sikap manusia terhadap perubahan berbeda-beda tergantung beberapa faktor, diantaranya pengalaman pribadi, streotipe dan nilai-nilai budaya, perubahan peran, serta penampilan dan perilaku seseorang.


B.Pengertian Belajar
Cukup banyak para ahli yang merumuskan pengertian belajar. Slamento (1995) merumuskan belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh perubahan tingkahlaku secara keseluruhan sebagai hasil pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungannya. Sementara Winkel (1989) mendefinisikan belajar sebagai suatu proses kegiatan mental pada diri seseorang yang berlangsung dalam interaksi aktif individu dengan lingkungannya. Sehingga menghasilkan perubahan yang relatif menetap/ bertahan dalam kemampuan ranah kognitif, afektif, maupun psikomotorik, yang diperoleh melalui interaksi individu dengan lingkungannya. Perubahan perilaku sebagai hasil belajar terjadi secara sadar, bersifat kontinu, relatif menetap, dan mempunyai tujuan terarah pada kemajuan yang progresif.
Belajar abad 21, seperti yang dikemukakan Delors (Unesco, 1996), didasarkan pada konsep belajar sepanjang hayat (life long learning) dan belajar begaimana belajar (learning how to learn). Konsep ini bertumpu pada empat pilar pembelajaran yaitu : (1) learning to know (belajar mengetahui) dengan memadukan pengetahuan umum yang cukup luas dengan kesempatan untuk bekerja melalui kemampuan belajar bagaimana caranya belajar sehingga diperoleh keuntungan dari peluang-peluang pendidikan sepanjang hayat yang tersedia; (2) learning to do (belajar berbuat) bukan hanya untuk memperoleh suatu keterampilan kerja tetapi juga untuk mendapatkan kompetensi berkenaan dengan bekerja dalam kelompok dan berbagai kondisi sosial yang informal; (3) learning to be (belajar menjadi dirinya) dengan lebih menyadari kekuatan dan keterbatasan dirinya, dan terus menerus mengembangkan kepribadiannya menjadi lebih baik dan mampu bertindak mandiri, dan membuat pertimbangan berdasarkan tanggung jawab pribadi; (4) learning to live together (belajar hidup bersama) dengan cara mengembangkan pengertian dan kemampuan untuk dapat hidup bersama dan bekerjasama dengan orang lain dalam masyarakat global yang semakin pluralistik atau /majemuk secara damai dan harmonis, yang didasari dengan nilai-nilai demokrasi, perdamaian, hak asasi manusia, dan perkembangan berkelanjutan.

C.Pengertian Peserta Didik
Peserta didik dalam arti luas adalah setiap orang yang terkait dengan proses pendidikan sepanjang hayat, sedangakan dalam arti sempit adalah setiap siswa yang belajar disekolah (Sinolungan, 1997). Departemen Pendidikan Nasional (2003) menegaskan bahwa, peserta didik adalah angota masyarakat yang berusaha mengembangkan dirinya melalui jalur, jenjang dan jenis pendidikan. Peserta didik usia SD/MI adalah semua anak yang berada pada rentang usia 6-12/13 tahun yang sedang berada dalam jenjang pendidikan SD/MI.
Peserta Didik merupakan subjek yang menjadi fokus utama dalam penyelenggaraan pendidikan dan pembelajaran. Penting anda pahami sebagai guru kelas SD bahwa pemahaman dan perlakuan terhadap peserta didiksebagai suatu totalitas atau kesatuan.
Sinolungan (1997) juga mengemukakan, manusia termasuk peserta didik adalah mahluk totalitas ”homo trieka”. Ini berarti manusia termasuk peserta didik merupakan (a) mahluk religius yang menerima dan mengakui kekuasaan Tuhan atas dirinya dan alam lingkungan sekitarnya, (b) mahluk sosial yang membutuhkan orang lain dalam berinteraksi dan saling mempengaruhi agar berkembang sebagai manusia; serta (c) mahluk individual yang memiliki keunikan (ciri khas, kelebihan, kekurangan, sifat dan kepribadian, dll.), yang membedakan dari individu lain.
Jadi dalam mempelajari dan memperlakuakan peserta didik, termasuk peserta didik usia SD/MI hendaknya dilakukan secara utuh, tidak terpisah-pisah. Kita harus melihat mereka sebagai suatu kesatuan yang unik, yang terkait satu dengan yang lainnya.




BAB III
ASPEK-ASPEK YANG MEMPENGARUHI PERKEMBANGAN PEMBELAJARAN SISWA

A. Aspek Psikososial Dalam Perkembangan Anak
Perkembangan anak pada umumnya meliputi keadaan phisik, emosional sosial intelektualnya. Bila kesemuanya ini berjalan secara harmonis maka dapat dikatakan bahwa anak tersebut dalam keadaan sehat jiwanya (mentally helath). Pengertian yang cukupmengenai fase-fase perkembangan manusia pada umumnya merupakan hal yang sangat penting untuk dapat membantu anak dalam memperkembangkan dirinya agar dapat mencapai perkembangan secara harmonis dan optimal. Tiap-tiap fase mempunyai kekhususannya sendiri. Seperti telah diketahui fase-fase perkembangan anak dapat di bagi menjadi beberapa : fase bayi (0 – 2 tahun), fase prasekolah (2 – 5 tahun), fase umur sekolah (5 – 12 tahun), fase remaja (12 -18 tahun), fase dewasa. Beberapa peneliti telah membuktikan bahwa dalam perkembangan jiwa terdapat periode-periode kritik yang berarti bahwa bila periode-periode ini tidak dapat dilalui dengan harmonis maka akan timbul gejala-gejala yang menujukkan misalnya, keterlambatan, ketegangan, kesulitan penyesuaian diri kepribadian yang terganggu bahkan menjadi gagal sama sekali dalam tugas sebagai makhluk sosial untuk mengadakan hubungan antar manusia yang memuaskan baik untuk diri sendiri untuk orang di lingkungannya (psikotik).
B. Prinsip-prinsip Pengembangan Kurikulum
Agar kurikulumdapat berfungsi sebagai pedoman , maka ada sejumlah prinsip dalam proses pengembangannya. Dibawah ini akan di uraikan sejumlah prinsip yang dianggap penting.
1. Prinsip Relevansi
Kurikulum merupakan rel-nya pendidikan untuk membawa siswa agar dapat hidup sesuai dengan nilai- nilai yang ada di masyarakat serta membekali siswa baik dalam bidang pengetahuan, sikap maupun keterampilan sesuai dengan tuntunan dan harapan masyarakat.Oleh sebab itu, pengalaman-pengalaman belajar yang disusun dalam kurikulum harus relevan dengan kebutuhan masyarakat. Inilah yang disebut dengan prinsip relevansi.
Ada dua macam relevansi, yaitu rerlevansi internal dan relevasi eksternal. Relevansi internal adalah bahwa setiap kurikulum harus memiliki keserasian antara komponen-komponennya, yaitu keserasian antara tujuan yang akan dicapai,isi, materi atau pengalaman belajar yang harus dimiliki siswa, strategi atau metode yang digunakan serta alat penilaian untuk melihat tercapainya tujuan. Relevan eksternal berkaitan dengan keserasian antara tujuan , isi, dan proses belajar siswa yang tercakup dalam kurikulum dengan kebutuhan dan tuntunan masyarakat.
1. 1. Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar anak dan kurikulum berbasis kopentensi Prestasi belajar di sekolah sangat dipengaruhi oleh kemampuan umum kita yang diukur oleh IQ, IQ yang tinggi meramalkan sukses terhadap prestasi belajar. Namun IQ yang tinggi ternyata tidak menjamin sukses di masyarakat.Semua itu merupakan faktor yang yang mendukung untuk menetukan cara belajar seseorang, berikut ini akan di paparkan mengenai pengtahuan faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar anak dan kurikulum berbasis kopentensi pada sekolah dasar yaitu :

1. Pengaruh pendidikan dan pembelajaran
Seorang secara genetis telah lahir dengan suatu organisme yang disebut inteligensi yang bersumber dari otaknya. Struktur otak telah ditentukan secara genetis, namun berfungsinya otak tersebut menjadi kemampuan umum yang disebut inteligensi, sangat dipengaruhi oleh interaksi dengan lingkungannya (Semiawan, C, 1997).Pada kala bayi lahir ia telah dimodali 100 - 200 milyar sel otak dan siap memproseskan beberapa trilyun informasi. Cara pengelolaan inteligensi sangat mempengaruhi kualitas manusianya (Semiawan, C, 1997).Pada kala bayi lahir ia telah dimodali 100 - 200 milyar sel otak dan siap memproseskan beberapa trilyun informasi. Cara pengelolaan inteligensi sangat mempengaruhi kualitas manusianya, tetapi sayang perlakuan lingkungan dalam caranya tidak selalu menguntungkan perkembangan inteligensi yang berpangaruh terhadap kepribadian dan kualitas kehidupan manusia.Ternyata dari berbagai penelitian bahwa pada umumnya hanya kurang lebih 5% neuron otak berfungsi penuh (Clark, 1986). Interface antar berbagai stimulus lingkungan melalui interaksi untuk mewujudkan aktualitasasi diri individu secara optimal dalam masyarakat di mana ia hidup dan juga aktualisasi daerah pada masyarakat yang lebih luas, nasional maupun global, inilah yang harus menjadi perhatian pengelola ataupun atasan atas perlakuan subjek SDM, dalam hal kita, para guru dalam perlakuannya terhadap peserta didik.

2. Perkembangan dan Pengukuran Otak
Perkembangan otak juga sangat berpengaruh dalam perkembangan belajar siswa karena dengan otak yang cerdas dapat dengan mudah menerima pembelajaran yang diberikan dan kemudian mencernanya dan mengembangkannya menjadi hal baru.
3. Kecerdasan (Inteligensi) Emosional
Prestasi belajar di sekolah sangat dipengaruhi oleh kemampuan umum kita yang diukur oleh IQ, IQ yang tinggi meramalkan suskse terhadap prestasi belajar.
Emosi selain mengandung persaan yang dihayati seseorang, juga mengandung kemampuan mengetahui (Menyadari) tentang perasaan yang dihayati dan kemampuan bertindak terhadap perasaan itu. Bahkan pada hakekatnya emosi itu adalah impuls untuk bertindak.
Prestasi dalam belajar merupakan dambaan bagi setiap orangtua terhadap anaknya. Prestasi yang baik tentu akan didapat dengan proses yang baik. Dalam proses belajar, hal yang harus diutamakan adalah bagaimana anak dapat menyesuaikan diri terhadap lingkungan dan rangsangan ada, sehingga terdapat reaksi yang muncul dari anak. Reaksi yang dilakukan merupakan usaha untuk menciptakan kegiatan belajar sekaligus menyelesaikannya. Sehingga nantinya akan mendapatkan hasil yang mengakibatkan perubahan pada anak sebagai hal baru serta menambah pengetahuan.
1. 2 . Faktor – faktor yang mempengaruhi belajar :
Secara global, faktor-faktor yang mempengaruhi belajar siswa dapat dibedakan menjadi tiga macam, yakni:
1. Faktor internal (faktor dari dalam siswa), yaitu keadaan/ kondisi jasmani dan rohani siswa.
2. Faktor eksternal (faktor dari luar siswa), yaitu kondisi lingkungan di sekitar siswa.
3. Faktor pendekatan belajar (approach to learning), yaitu jenis upaya belajar siswa yang meliputi strategi dan metode yang digunakan siswa untuk melakukan kegiatan pembelajaran materi-materi pelajaran.
Faktor-faktor diatas dalam banyak hal sering saling berkaitan dan mempengaruhi satu sama lain. Seorang siswa yang besikap conserving terhadap ilmu pengetahuan atau bermotif ekstrinsik (faktor eksternal) umpamanya, biasanya cenderung mengambil pendekatan belajar yang sederhana dan tidak mendalam. Sebaliknya, seorang siswa yang berintelegensi tinggi (faktor internal) dan mendapat dorongan positif dari orang tuanya (faktor eksternal), mungkin akan memilih pendekatan belajar yang lebih mementingkan kualitas hasil pembelajaran. Jadi, karena pengaruh faktor-faktor tersebut diatas, muncul siswa-siswa yang high-achievers (berprestasi tinggi) dan under-achievers (prestasi rendah) atau gagal sama sekali. Dalam hal ini, seorang guru yang kompeten dan professional diharapkan mampu mengantisipasi kemungkinan-kemungkinan munculnya kelompok siswa yang menunjukkan gejala kegagalan dengan berusaha mengetahui dan mengatasi faktor yang menghambat proses belajar mereka.

2. Prinsip Fleksibel
Apa yang diharapkan dalam kurikulum ideal kadang-kadang tidak sesuai dengan kondisi kenyataan yang ada. Bisa saja ketidaksesuaian itu ditunjukkan oleh kemampuan guru yang kurang,latar belakang atau kemampuan dasar siswa yang rendah. Kurikulum harus bersifat fleksibel.Artinya, kurikulum itu harus bisa dilaksanakan sesuai dengan kondisi yang ada. Kurikulum yang kaku atau tidak fleksibel akan sulit diterapkan.

3. Prinsip Kontinuitas
Prinsip ini mengandung pengertian bahwa perlu dijaga saling keterkaitan dan kesinambungan antara materi pembelajaran pada berbagai jenjang dan jenis program pendidikan. Prinsip ini sangat penting bukan hanya untuk menjaga agar tidak terjadi pengulangan-pengulangan materi pembelajaran yang memungkinkan program pengajaran tidak efektif dan efisien, akan tetapi juga untuk keberhasilan siswa dalam menguasai materi pelajaran pada jenjang pendidikan tertentu.


4. Efektifitas
Prinsip efektifitas berkenaan dengan rencana dalam suatu kurikulum dapat dilaksanakan dan dapat dicapai dalam kegiatan belajar mengajar. Efektifitas kegiatan guru berhubungan dengan keberhasilan mengimplementasikan program sesuai dengan perencanaan yang telah disusun.

5. Efisiensi
Prinsip efisiensi berhubungan dengan perbandingan antara tenaga, waktu, suara, dan biaya yang dikeluarkan dengan hasil yang diperoleh. Kurikulum dikatakan memiliki tingkat efisiensi yang tinggi apabila dengan sarana, biaya yang minimal dan waktu yang terbatas dapat memperoleh hasil yang maksimal.

C.Pengembangan Intruksional
Pengembangan Instruksional adalah cara sistematis dalam mengidentifikasi dan mengembangkan tujuan, materi, strategi belajar-mengajar, alat Bantu pengajaran, dan evaluasi, yang diarahkan untuk pencapaian tujuan, baik tujuan khusus maupun tujuan umum. Pengembangan instruksional secara garis besar dapat dipandang sebagai teknik pengelolaan dalam mencari pemecahan masalah pendidikan atau setidak-tidaknya dalam mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya dan sumber tenaga yang ada untuk memperbaiki mutu pendidikan.
Ada model pengembangan instruksional, misalnya Teching Research System (Hamreus,1968), Michigan State University Instructional Development Model (Barson, 1976), System Approach For Education (Corigan, 1996), project Minerva Iinstructioanal System Design (Tracy, 1967), Benathy Instructioanal System (Benathy, 1968), Instructional Development System (IDI, 1971), dan Kemp (1977). Model-model itu mempunyai perbedaan dan persamaan. Perbedaan, terutama terletak pada peristilahan yang dipakai, urutan, dan kelengkapan langkahnya.


D. Jenis Wacana

Wacana-wacana dapat diklasifikasikan dengan berbagai cara, tergantung dari sudut pandangan kita, antara lain :
a. Berdasarkan tertulis atau tidaknya wacana
b. Berdasarkan langsung atau tidak langsungnya pengungkapan wacana
c. Berdasarkan cara penuturan wacana
Berdasarkan apakah wacana itu disampaikan dengan media tulis atau media lisan, maka wacana dapat diklasifikasikan atas :
a. wacana tulis
b. wacana lisan
Berdasarkan langsung dan tidaknya pengungkapan, wacana dapat diklasifikasikan atas :
a. wacana langsung
b. wacana tidak langsung
Berdasarkan cara menuturkannya, maka wacana dapat diklasifikasikan atas :
a. wacana pembeberan
b. wacana penuturan
Berdasarkan bentuknya, wacana dapat pula kita bagi atas :
a. wacana prosa
b. wacana puisi
c. wacana drama








BAB IV
PENUTUP
A. Simpulan

Suatu sistem pendidikan dapat dikatakan bermutu, jika proses belajar-mengajar berlangsung secara menarik dan menantang sehingga peserta didik dapat belajar sebanyak mungkin melalui proses belajar yang berkelanjutan. Proses pendidikan yang bermutu akan membuahkan hasil pendidikan yang bermutu dan relevan dengan pembangunan. Untuk mewujudkan pendidikan yang bermutu dan efisien perlu disusun dan dilaksanakan program-program pendidikan yang mampu membelajarkan peserta didik secara berkelanjutan, karena dengan kualitas pendidikan yang optimal, diharapkan akan dicapai keunggulan sumber daya manusia yang dapat menguasai pengetahuan, keterampilan dan keahlian sesuai dengan ilmu pengetahuan dan teknologi yang terus berkembang.

B. Saran
Untuk menunjang kemajuan peserta didik diperlukan modifikasi kurikulum. Kurikulum secara umum mencakup semua pengalaman yang diperoleh peserta didik di sekolah, di rumah, dan di masyarakat dan yang membantunya mewujudkan potensi-potensi dirinya. Jika kurikulum umum bertujuan untuk dapat memenuhi kebutuhan pendidikan pada umumnya, maka saat ini haruslah diupayakan penyelenggaraan kurikulum yang berdiferensi untuk memberikan pelayanan terhadap perbedaan dalam minat dan kemampuan peserta didik. Dalam melakukan kurikulum yang berbeda terhadap peserta didik yang mempunyai potensi keberbakatan yang tinggi, guru dapat merencanakan dan menyiapkan materi yang lebih kompleks, menyiapkan bahan ajar yang berbeda, atau mencari penempatan alternatif bagi siswa

C. Harapan
Dengan adanya kreativitas yang diimplementasiakan dalam sistem pembelajaran, peserta didik nantinya diharapkan dapat menemukan ide-ide yang berbeda dalam memecahkan masalah yang dihadapi sehingga ide-ide kaya yang kreatif dan inovatif nantinya dapat bersaing dalam kompetisi global yang selalu berubah. Perkembangan anak didik yang baik adalah perubahan kualitas yang seimbang baik fisik maupun mental.

DAFTAR PUSTAKA

B.Simandjuntak dan I.L.Pasaribu.1980.PsikologiPerkembangan.
Bandung :Tarsito.hal.56
Wina Sanjaya.2008.Kurikulum dan Pembelajaran.Jakarta : Kencana 2008 . hal. 39
M.Atar Semi.1990.Rencana Pengajaran Bahasa dan Sastra Indonesia.
Bandung :Angkasa. hal.4
H.G.Tarigan.1987.Pengajaran Wacana.Bandung :Angkasa. hal.51
http://ipotes.wordpress.com/2009/06/06/konsep-dasar-perkembangan-belajar-peserta-didik/
http://husamah.staff.umm.ac.id/files/2010/03/MAKALAH-final.pdf



Pacaran Dalam ISLAM

Pacaran dalam Islam


Ditulis pada Nopember 16, 2007 oleh Abu Ja'far Al Atsary


Gimana sich sebenernya pacaran itu, enak ngga’ ya? Bahaya ngga’ ya ? Apa bener pacaran itu harus kita lakukan kalo mo nyari pasangan hidup kita ? Apa memang bener ada pacaran yang Islami itu, dan bagaimana kita menyikapi hal itu?

Memiliki rasa cinta adalah fitrah
       Ketika hati udah terkena panah asmara, terjangkit virus cinta, akibatnya…… dahsyat man…… yang diinget cuma si dia, pengen selalu berdua, akan makan inget si dia, waktu tidur mimpi si dia. Bahkan orang yang lagi fall in love itu rela ngorbanin apa aja demi cinta, rela ngelakuin apa aja demi cinta, semua dilakukan agar si dia tambah cinta. Sampe’ akhirnya……. pacaran yuk. Cinta pun tambah terpupuk, hati penuh dengan bunga. Yang gawat lagi, karena pengen bukti’in cinta, bisa buat perut buncit (hamil). Karena cinta diputusin bisa minum baygon. Karena cinta ditolak …. dukun pun ikut bertindak.

      Sebenarnya manusia secara fitrah diberi potensi kehidupan yang sama, dimana potensi itu yang kemudian selalu mendorong manusia melakukan kegiatan dan menuntut pemuasan. Potensi ini sendiri bisa kita kenal dalam dua bentuk. Pertama, yang menuntut adanya pemenuhan yang sifatnya pasti, kalo ngga’ terpenuhi manusia bakalan binasa. Inilah yang disebut kebutuhan jasmani (haajatul ‘udwiyah), seperti kebutuhan makan, minum, tidur, bernafas, buang hajat de el el. Kedua, yang menuntut adanya pemenuhan aja, tapi kalo’ kagak terpenuhi manusia ngga’ bakalan mati, cuman bakal gelisah (ngga’ tenang) sampe’ terpenuhinya tuntutan tersebut, yang disebut naluri atau keinginan (gharizah). Kemudian naluri ini di bagi menjadi 3 macam yang penting yaitu :

1. Gharizatul baqa’ (naluri untuk mempertahankan diri) misalnya rasa takut, cinta harta, cinta pada kedudukan, pengen diakui, de el el.
2. Gharizatut tadayyun (naluri untuk mensucikan sesuatu/ naluri beragama) yaitu kecenderungan manusia untuk melakukan penyembahan/ beragama kepada sesuatu yang layak untuk disembah.

3. Gharizatun nau’ (naluri untuk mengembangkan dan melestarikan jenisnya) manivestasinya bisa berupa rasa sayang kita kepada ibu, temen, sodara, kebutuhan untuk disayangi dan menyayangi kepada lawan jenis.

Pacaran dalam perspektif islam
In fact, pacaran merupakan wadah antara dua insan yang kasmaran, dimana sering cubit-cubitan, pandang-pandangan, pegang-pegangan, raba-rabaan sampai pergaulan ilegal (seks). Islam sudah jelas menyatakan: “Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji dan suatu jalan yang buruk.” (Q. S. Al Isra’ : 32)
Seringkali sewaktu lagi pacaran banyak aktivitas laen yang hukumnya wajib maupun sunnah jadi terlupakan. Sampe-sampe sewaktu sholat sempat teringat si do’i. Pokoknya aktivitas pacaran itu dekat banget dengan zina. So….kesimpulannya PACARAN ITU HARAM HUKUMNYA, and kagak ada legitimasi Islam buatnya, adapun beribu atau berjuta alasan tetep aja pacaran itu haram.

Adapun resep nabi yang diriwayatkan oleh Abdullah bin Mas’ud: “Wahai generasi muda, barang siapa di antara kalian telah mampu seta berkeinginan menikah. Karena sesungguhnya pernikahan itu dapat menundukkan pandangan mata dan memelihara kemaluan. Dan barang siapa diantara kalian belum mampu, maka hendaklah berpuasa, karena puasa itu dapat menjadi penghalang untuk melawan gejolak nafsu.”(HR. Bukhari, Muslim, Ibnu Majjah, dan Tirmidzi).
Jangan suka mojok atau berduaan ditempat yang sepi, karena yang ketiga adalah syaiton. Seperti sabda nabi: “Janganlah seorang laki-laki dan wanita berkhalwat (berduaan di tempat sepi), sebab syaiton menemaninya, janganlah salah seorang dari kalian berkhalwat dengan wanita, kecuali disertai dengan mahramnya.” (HR. Imam Bukhari Muslim).
Dan untuk para muslimah jangan lupa untuk menutup aurotnya agar tidak merangsang para lelaki. Katakanlah kepada wanita yang beriman: “Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak daripadanya. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung ke dadanya, dan janganlah menampakkan perhiasannya.” (Q. S. An Nuur : 31).

Yang perlu di ingat bahwa jodoh merupakan QADLA’ (ketentuan) Allah, dimana manusia ngga’ punya andil nentuin sama sekali, manusia cuman dapat berusaha mencari jodoh yang baik menurut Islam. Tercantum dalam Al Qur’an: “Wanita-wanita yang keji adalah untuk laki-laki yang keji, dan laki-laki yang keji adalah buat wanita-wanita yang keji (pula), dan wanita-wanita yang baik adalah untuk laki-laki yang baik, dan laki-laki yang baik adalah untuk wanita-wanita yang baik (pula). Mereka (yang dituduh) itu bersih dari apa yang dituduhkan oleh mereka (yang menuduh itu). Bagi mereka ampunan dan rezki yang mulia (surga).”

Wallahu A’lam bish-Showab

Oleh: Buletin Dakwah Remas RIHLAH SMU N I Sooko, edisi 6, 1421 H
Disalin dari Lembar Buletin Dakwah BINTANG (2)

Friday 30 April 2010

MENINGKATKAN BUDAYA MEMBACA DALAM KEHIDUPAN MASYARAKAT KAMPUS

Membaca
Apa yang terlintas dalam benak kita ketika mendengar kata itu? Sebagian ada yang berfikir membaca adalah kegiatan yang membosankan. Ada juga yang mengatakan bahwa membaca hanya menyita waktu, tenaga dan pikiran. Bahkan ada yang berasumsi bahwa membaca bukanlah kegiatan yang bermanfaat karena tidak menghasilkan materi. Padahal, kalau kita mau berpikir kritis, kita akan menemukan begitu banyak manfaat dari kegiatan membaca. Dengan membaca suatu bacaan, seseorang dapat menerima informasi, memperdalam pengetahuan, dan meningkatkan kecerdasan. Pemahaman terhadap kehidupan pun akan semakin tajam karena membaca dapat membuka cakrawala untuk berpikir kritis dan sistematis. Hanya dengan melihat dan memahami isi yang tertulis di dalam buku pengetahuan maupun pelajaran, membaca bisa menjadi kegiatan sederhana yang membutuhkan modal sedikit, tapi menuai begitu banyak keuntungan.

Kebiasaan membaca adalah ketrampilan yang diperoleh setelah seseorang dilahirkan, bukan ketrampilan bawaan. Oleh karena itu kebiasaan membaca dapat dipupuk, dibina dan dikembangkan. Bagi negara – negara berkembang aktivitas membaca pada umumnya adalah untuk memperoleh manfaat langsung. Untuk tujuan akademik membaca adalah untuk memenuhi tuntutan kurikulum sekolah atau Perguruan Tinggi. Buku sebagai media transformasi dan penyebarluasan ilmu dapat menembus batas – batas geografis suatu negara, sehingga ilmu pengetahuan dapat dikomunikasikan dan digunakan dengan cepat di berbagai belahan dunia. Semakin banyak membaca buku, semakin bertambah wawasan kita terhadap permasalahan di dunia. Karena itulah buku disebut sebagai jendela dunia.

Manfaat Perpustakaan

Salah satu unsur penunjang yang paling penting dalam dunia pendidikan tinggi adalah keberadaan sebuah perpustakaan. Adanya sebuah perpustakaan sebagai penyedia fasilitas yang dibutuhkan terutama untuk memenuhi kebutuhan civitas akademik ( Dosen, Staf dan Mahasiswa ) akan sangat dirasakan manfaatnya oleh masyarakat kampus itu sendiri. Didalam penulisan artikel ini, penulis ingin mengkhususkan pembahasan kepada salah satu bagian dari masyarakat kampus yaitu mahasiswa.

Seperti kita ketahui bersama, salah satu tujuan utama penyelenggaraan kegiatan belajar di Perguruan Tinggi adalah untuk menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas, bukan sekedar memenuhi jumlah minimal SKS yang dibebankan lantas mendapatkan ijazah dan gelar akademik atau profesi. Seseorang akan dikatakan berkualitas apabila ia mempunyai wawasan luas dan mendalam serta tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan khususnya pada bidang yang digelutinya.
Seorang mahasiswa yang ingin mencapai sukses dalam studinya harus mempunyai strategi khusus dalam memanfaatkan waktu untuk belajar semaksimal mungkin dan senantiasa memprediksi lima atau enam tahun kedepan, pada saat mana ia meninggalkan Perguruan Tinggi dan mengaplikasikan ilmunya dilapangan. Perlu diingat bahwa, belajar mandiri (self education) adalah ciri khas belajar di Perguruan Tinggi, ini berarti bahwa inisiatif untuk belajar aktif dituntut lebih banyak pada mahasiswa, salah satunya dengan memanfaatkan waktu yang tersisa di perpustakaan.

Manfaat perpustakaan sangat penting untuk mengasah kemampuan analisis dan pendalam materi perkuliahan. Perpustakaan memiliki bahan pustaka yang beraneka ragam jenisnya. Buku-buku sebanyak mungkin harus dibaca, baik buku yang dianjurkan dosen maupun buku lain yang tidak dianjurkan. Disarankan agar mahasiswa tidak membatasi diri hanya membaca buku yang dianjurkan dosen tetapi bacalah buku mengenai fenomena yang sama sebanyak mungkin, karena pandangan dari banyak pakar dengan membaca berarti memperluas wawasan kita mengenai objek studi yang kita pelajari.

Kurangi Tradisi Lisan, Tingkatkan Tradisi membaca

Di era globalisasi dengan kemajuan teknologi, kebanyakan orang cenderung mendengar dan berbicara ketimbang melihat diikuti membaca. Di lembaga – lembaga pendidikan pun tradisi lisan mendominasi proses belajar mengajar sehingga minat baca dan ingin memiliki buku-buku ilmu pengetahuan bukanlah prioritas utama atau sama sekali tidak difungsikan secara efisien. Kenyataan menunjukkan adanya dua alternativ pilihan yakni ketika orang dihadapkan dengan buku-buku ilmu pengetahuan dan tayangan film menarik, orang akan cenderung melelahkan indra penglihatan (mata) untuk menonton film berjam – jam daripada membaca buku-buku ilmu pengetahuan.

Membaca buku-buku ilmu pengetahuan disertai dengan menulis sangat berarti karena mengurangi beban memori ingatan kita. Ilmu pengetahuan hanya dapat diciptakan oleh mereka yang sama sekali terserap dengan aspirasi menuju kebenaran dan pemahaman. Dalam masyarakat pembaca, selalu terkandung pemikiran bahwa dikala orang telah membaca dan menguasai isi ilmu pengetahuan, orang sering sudah menganggap telah menjadi ilmuwan atau peneliti yang hebat. Salah satu etika moral seorang ilmuwan adalah memiliki kesadaran bahwa dia baru mengetahui sebagian dari ilmu itu. Menjadi ilmuwan bukanlah menjadi orang serba tahu, tetapi menjadi orang yang dituntut untuk belajar secara terus – menerus dengan jalan banyak membaca buku-buku ilmu pengetahuan. Svami Vivekanda seorang tokoh ilmuwan terkenal mengatakan ilmu pengetahuan dan agama akan bertemu dan berjabat tangan, puisi dan filsafat akan menjadi kawan. Apabila kita dapat mewujudkanya, kita dapat yakin bahwa ia akan terjadi selama – lamanya dan bagi semua orang.

Kurangilah tradisi lisan, mendengar dengan membaca dan menulis, tukarkan pembelian barang-barang yang tak memberi input bermakna dengan membeli buku-buku ilmu pengetahuan, luangkanlah waktu sejenak dengan membaca di perpustakaan karena masa depan kita ditentukan masa hari ini dan masa hari ini ditentukan masa yang lampau. Kesemuanya diharapkan dapat mengaktualisasikan makna saraswati dengan arif dan bijaksana sehingga dapat mendatangkan dampak positif ke arah kemajuan. Oleh karena itu, jadikanlah budaya membaca bagian dari kehidupan kita yang tak akan terpisahkan.
A. ‘Bahasa Gaul’ di Kalangan Remaja

“Bahasa yang digunakan seseorang mencerminkan pribadinya”
Gaul, dong! Pede aja lagi! Kasihan deh, lo! Nyantai aja, Coy! Begitulah antara lain “bahasa gaul” yang seringkali kita dengar di kalangan remaja kini. ‘Bahasa gaul” itu seakan telah menjadi bahasa resmi mereka. Bahkan bila dalatn pergaulan mereka ada diantaranya yang menggunakan bahasa Indonesia – katakanlah – yang baku, penggunaan bahasa tersebut seolah terdengar aneh dan dianggap norak dalam komunitasnya. Nggak salah, sih, apabila para remaja menggunakan “bahasa gaul”. Sedangkan dalam penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar, tentu Pusat Pembinaan Bahasa yang lebih berkompeten mengurusnya, Yang jelas-jelas salah adalah, jika “bahasa gaul” yang digunakan bersinggungan dengan nilai-nilai moral dan agama. Namun nyatannya, disadari atau tidak, justru hal itu yang sering terjadi. Dengan kata lain, banyak penggunaan “bahasa gaul” yang makna aplikatifnya cenderung tidak dibatasi oleh nilai-nilai atau norma-norma tadi (norm/essness).
Gaul, dong!
Dalam konteks sosial pergaulan remaja, “gaul” bukanlah sekedar kata.. Melainkan sudah menjadi semacam istilah atau ungkapan yang ruang lingkupnya menyentuh berbagai perilaku atau gaya hidup remaja. Sayangnya, istilah atau.ungkapan itu cenderung bertentangan dengan nilai atau norma-norma yang ada. Contohnya, berpacaran dengan ngeseks-nya, minum minuman keras (ngedrink), menggunakan obat terlarang (ngedrugs), berjudi (ngegambling) atau yang lainnya dianggap “gaul”. Begitu pula dengan kebiasaan nongkrong, ngeceng, atau yang jainnya. Lebih tegasnya, makna “gaul” lebih berkonotasi negatif. Kata “gaul” yang sudah menggejala bahkan membudaya itu, disadari atau tidaK memiliki makna psikologis yang relatif cukup kuat pengaruhnya dalam komunitas pergaulan remaja. Akibatnya karena ingin disebut “gaul”, tidak sedikit diantara remaja yang ikut-ikutan untuk segera memiliki pacar, ngedrink; nyimenk, ngedrugs, atau yang lainnya termasuk nongkrong atau ngecengnya. Entah di pinggiran jaian, di mal-mal, di tempat-tempat hiburan, dan lain sebagainya. Istilah mereka : “Gaul dooong…”
Pede aja, lagi!
“Pede” (PD) adalah “bahasa gaul” yang mengungkapkan perlunya seseorang u.ntuk “percaya diri”, Namun ironisnya, himbauan, saran, atau perlunya seorang untuk bersikap “percaya diri1 ini juga cenderung tidak dibatasi oleh norma-norma tadi, Misalnya seorang gadis berok mini dan berbaju you can see disarankan untuk “pede” (baca : percaya diri) dengan pakaiannya itu. Bahkan bisa jadi si gadis memang merasa lebih “pede” dengan model pakaian demikian. “Pede aja lagi !” Begitulah bahasa mereka. Masih banyak contoh lain yang menunjukkan perlunya seseorang untuk bersikap “pede” namun tetap normlessness seperti tadi. Sebab ukuran “pede” yang seharusnya berlandaskan pada keluhuran nilai-nilai moral dan agama, terkikis oleh hal-hal yang bersifat fisik dan kebendaan. Contoh lainnya, seseorang merasa “pede” hanya lantaran kecantikan atau ketampanan wajahnya semata, “pede” hanya jika ke sekolah atau ke kampus membawa motor atau mobil, “pede” cuma karena mengandalkan status sosial keluarga, dan masih banyak kasus yang lain, Sedangkan merasa “pede” setelah memakal deodoran di ketiak, itu sih, tidak menjadi masalah. Daripada bauket dan mengganggu orang lain ? Ukuran “pede” seperti itu, jelas nggak bermutu, selain juga keliru. Pasalnya, pemahaman “pede” harus lebih ditempatkan dalam ukuran atau standarisasi nilai-nilai ahlak. Bukan karena landasan fisik dan kebendaan semata.
Kasihan deh, Lo!
Ungkapan ini juga termasuk bahasa gaul yang masih cenderung normless. Sebab ungkapan tersebut seringkali terlontar pada konteks yang tidak tepat. Sebagai contoh, seorang remaja yang tidak mau mengikuti tren tertentu dianggap : “Kasihan deh, Lo!”. Begitu pula dengan remaja yang membatasi diri dari perilaku lainnya yang sesungguhnya memang perlu/harus dihindari karena tidak sesuai dengan nilai atau norma-norma agama (Islam). Misalnya karena.tidak pernah “turun” ke diskotek lengkap dengan ngedrink atau ngec/njgsnya, ataupun perilaku negatif lain yang sudah menjadi bagian dari gaya hidup remaja. Bisa juga ungkapan “Kasihan deh, Lu” ini tertuju pada remaja yang sama sekali tidak mengetahui berbagai informasi yang memang sesungguhnya juga tidak perlu untuk diketahui. Seperti tidak mengetahui siapa sajakah personil bintang “Meteor Garden” yang tergabung dalam “f4″ itu ? Siapa pula “Delon” itu? Atau yang lainnya
Nyantai aja, Coy!
Kekeliruan lain yang juga menggejala dalam “bahasa gaul” remaja adalah ungkapan : “Nyantai aja, Coy!” Tentu tidak masalah dalam kondisi tertentu kita “nyantai”, lebih tepatnya adalah “bersantai” atau istirahat untuk menghilangkan kepenatan. Namun yang menjadi masalah apabila “Nyantai aja, Coy” disini konteksnya mirip dengan lagu iklan Silver Queen : “‘…mumpung kiitaa masih muda, santai saja…” Ingat kan ? “Nyantai aja, Coy!” yang dilontarkan sebagian remaja seringkali bermakna ketidakpedulian terhadap kemajuan atau prestasi diri. Sebagai contoh, seorang remaja mengatakan, “Nyantai aja, Coy!” kepada temannya, karena temannya itu terlihat gelisah lantaran belum belajar untuk persiapan ujian besok pagi, “Nyantai aja, Coy!” terkadang bisa pula menunjukkan ketidakpedulian terhadap lingkungan sosial atau orang lain. Misalnya, seorang remaja putri sedang asyik ngobrol di telepon umum sementara banyak orang antri menunggu giliran. Ketika salah seorang yang antri menegurnya, ia malah menjawab “Nyantai aja, Coy!” Jika mau dicermati tentu masih banyak ungkapan : “Nyantai aja, Coy!” yang sering dilontarkan para remaja namun tidak sesuai dengan konteksnya bahkan menafikan keluhuran nilai-nilai akhlak, Repotnya, apabila mereka dinasihati untuk men}auhi berbagai perilaku yang tidak baik, termasuk dalam menggunakan ungkapan yang tidak tepat (karena tidak sesuai dengan konteksnya), maka dengan mudahnya mereka malah berbalik mengatakan, “Nyantai aja, Coy!”
Membudayakan bahasa gaul yang positif
Berbagai ungkapan seperti: “Gaul, dong!”, “Pede aja lagi!”, “Kasihan deh, Lo!”, “Nyantai aja, Coy!” atau mungkin berbagai ungkapan lain, dalam konteksnya sekali lagi seringkali tidak tepat atau tidak dibatasi oleh nilai-nilai : baik atau buruk. Karena ungkapan-ungkapan “bahasa gaul” itu mempunyai pengaruh psikologis yang relatif cukup kuat dalam mempengaruhi seorang remaja dalam komunitas pergaulannya, maka perlu adanya semacam upaya membudayakan “bahasa gaul” yang “positif” di kalangan mereka.
Contoh yang benar menggunakan ungkapan-ungkapan tersebut disesuaikan dengan konteksnya atau sejalan dengan nilai-nilai moral adalah sebagai berikut :
Ungkapan Gaul dong!.
“Sebagai seorang pelajar atau mahasiswa, gaul dong dengan buku!”
“Masak pelajar atau mahasiswa gaulnya dengan ngedrugs, nongkrong, ngeceng, lagi”.
“Masak remaja muslim gaulnya seperti itu. Gaul dong dengan remaja masjid”
Ungkapan Nyantai aja, Coy!
“Kalau kita sudah belajar dengan maksimal, nyantai aja menghadapi ujian.”
Sebagai remaja yang memiliki kemampuan berpikir, tentu kita tidak mau dong termasuk orang yang “asbun” alias “asal bunyi” dalam bicara. Nah karena itu, sebaiknya kita meninjau kembali apakah “bahasa gaul” yang setiap hah kita gunakan itu sudah sesuai tidak konteksnya dengan nilai-nilai kesopanan dan moral. Biar nggak asal bunyi. Bahasa yang digunakan seseorang mencerminkan pribadinya. Silakan saja menggunakan “bahasa gaul” sebagai cerminan bahwa kita memang remaja yang senang bergaul. Namun hati-hati, jangan karena kita merasa bangga jadi “anak gaul” tetapi “bahasa gaul” yang kita gunakan tidak tepat konteksnya atau bertentangan dengan nilai-nilai kesopanan dan moral. Sebab jika demikian bisa-bisa kita justru disebut “anak yang salah gaul”. Ya nggak?!
B. Ketidaksadaran akan Sebuah Kemurnian Bahasa Indonesia
Sekitar 72 tahun yang lalu, tepatnya tanggal 28 di bulan Oktober 1928, pemuda-pemudi Negara ini menyatakan sumpahnya yang terkenal. Sumpah Pemuda, itulah awal dari sebuah kebangkitan semangat perjuangan kemerdekaan bangsa Indonesia di masa lampau dari belenggu para penjajah.
Salah satu butir dari ketiga butir yang ada pada sumpah itu mengenai bahasa Indonesia. Suatu bahasa yang semenjak itu pula hingga sekarang menjadi alat pemersatu Bangsa kita ini, Tanah Air Indonesia. Selain itu, bahasa inilah yang juga menjadi salah satu lambang identitas penting Negara ini di masa-masa kemerdekaan di tahun 1908 -1945. Di mana di masa-masa itu banyak sekali bahasa asing yang masuk dan hidup “berdampingan“ dengan bahasa Indonesia. Dan tidak bisa dipungkiri bahwa dari bahasa-bahasa itulah banyak sekali yang dijadikan unsur serapan ke dalam bahasa Indonesia yang sekarang ini. Belum lagi bahasa Sansekerta, bahasa kuno yang hampir mendominasi semua unsur yang ada dalam bahasa Indonesia. Meskipun demikian, bahasa Indonesia tetaplah bahasa yang satu, seperti yang termaktub dalam Sumpah Pemuda di tahun 1928 silam.
Perjalanan panjang bahasa Indonesia pun tidak hanya sampai di sana. Dengan banyaknya bahasa yang digunakan oleh penduduk pribumi Indonesia maupun para pendatang di era pasca-kemerdekaan, tentunya sangat suli sekali bagi Pemerintah dalam penentuan kaidah-kaidah bahasa tulis maupun bahasa lisan yang baik dan benar yang dapat mempersatukan bangsa ini. Terlihat dari potret-potret sejarah, masih banyak tulisan publik yang berciri khas tulisan Belanda, Inggris, maupun Jepang. Seperti dalam peristiwa demonstrasi-demonstrasi massal yang dilakukan oleh penduduk Indonesia. Bahasa lisan pun masih terdapat perbedaan-perbedaan yang mencolok dari setiap orang yang menggunakannya pada saat itu. Itulah ketidakteraturan penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar di masa setelah Indonesia merdeka.

Indonesia sempat menggunakan ejaan Suwandi sebagai kaidah-kaidah dasar penulisan yang berlaku. Meskipun pada akhirnya, EYD (Ejaan Yang Disempurnakan) dijadikan sebagai aturan baru dalam penulisan bahasa Indonesia yang baik dan benar sejak tahun 1972. Hingga sekarang EYD masih digunakan di Negara ini.
Sebagai bahasa Nasional yang hanya ada satu negara saja yang memakainya, yaitu Indonesia, tentunya bahasa Indonesia memiliki kamus besar yang dapat dijadikan sebagai acuan dalam pemakaian bahasa yang baik dan benar. Kamus itu ialah Kamus Besar Bahasa Indonesia. Semua kata-kata maupun istilah di dalamnya merupakan pedoman yang syah dalam penggunaan bahasa Indonesia.
Namun, bahasa Indonesia dalam perkembangannya dewasa ini sangatlah memprihatinkan. Bahasa Indonesia dikenal orang, hanyalah sebagai sebuah bahasa Nasional atau bahasa pertama yang ada di Negara ini, tanpa harus menggunakannya dengan benar. Masyarakat, entah karena ketidaktahuan ataupun dengan seenaknya saja, menggunakan bahasa Indonesia tanpa memperhatiakan lagi aturan-aturan dalam pemakaian bahasa yang sesuai. Contoh kecilnya saja dalam berbicara. Banyak orang berbicara di sekitar kita tanpa menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Seperti pemakaian kata senen. “Senen lebih enak didengar ketimbang kita mengatakan kata senin”. Begitulah kebanyakan orang beralasan mengapa lebih suka menggunakan bahasa Indonesia yang jelas-jelas salah dalam pemakaiannya.
Penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar memang sudah bukan dijadikan hal yang penting lagi bagi masyarakat dalam berbicara. Kita harus menyadari, dari kecil pun, di dalam lingkungan keluarga kita sudah sering menggunakan bahasa Indonesia yang belum tentu kata-kata yang kita pakai itu benar-benar merupakan kata-kata yang sesuai aturan ataupun baku.
Apalagi dalam pergaulan sehari-hari, mungkin saja bahasa Indonesia yang kita pakai selama ini sama sekali tidak mencerminkan ciri khas bahasa Indonesia yang sebenarnya. Banyak sekali kita berbicara tanpa menggunakan kata-kata yang berasal dari Kamus Besar Bahasa Indonesia. Sehingga seringkali masyarakat salah mengartikan penggunaan bahasanya dalam kehidupan sehari-hari.

Jutaan orang yang menghuni Bumi Pertiwi ini tentunya berasal dari berbagai macam suku daerahnya masing-masing, sesuai dengan kemajemukan Bangsa ini. Tentunya tidak jarang mereka pun juga membawa sedikit unsur-unsur atau ciri khas masing-masing bahasa daerahnya ke dalam bahasa Indonesia yang kita kenal. Orang yang tinggal di daerah Jakarta dan sekitarnya misalnya, mereka terkadang berbicara menggunakan bahasa Indonesia dengan logat bahasa Betawi. Bae, kita lebih sering mendengar orang mengatakannya ketimbang kata baik. Ini merupakan contoh kecil saja dari sekian banyak kata-kata lain yang menjadi peralihan dari bahasa Indonesia yang sesungguhnya.Contoh lain, ketika penulis pergi ke suatu daerah di Jawa Barat, penulis berbincang-bincang dengan seorang pelajar di sana. Di akhir perbincangan, penulis bertanya kepadanya tentang asal daerahnya. Dengan lugu ia menjawab, ”Saya teh dari Jawa Barat asli”. Dan sebelum pelajar itu bertanya kembali tentang asal daerah penulis, ia pun sudah bisa menjawab dengan sendirinya bahwa penulis pasti berasal dari suku Betawi. Dengan sedikit tertawa kecil dan perasaan heran penulis berkata, “Lo, kok Kamu bisa bilang begitu?”. Singkat cerita, ternyata si Pelajar itu mengira bahwa penulis berasal dari suku Betawi karena dalam percakapan sebelumnya, kata dia, penulis berbicara seperti orang Betawi. Dengan dia berkata seperti itu, penulis pun sadar bahwa selama ini penulis berbicara layaknya seperti orang Betawi berbicara. Padahal penulis sendiri bukan berasal dari daerah Jakarta ataupun Betawi, melainkan hanya tinggal di daerah Jawa Barat yang memang berbatasan langsung dengan DKI Jakarta.
Cerita di atas tentunya dapat kita pahami bahwa belum tentu selama ini kita menggunakan bahasa Indonesia yang benar-benar murni. Kita tidak pernah sadar, bahwa selama ini kita menggunakan berbagai macam bentuk dan logat kedaerahan dalam bahasa sehari-harinya.
Belum lagi bahasa asing yang masuk. Di era globalisasi ini tentunya memiliki kemampuan berbahasa asing amatlah sangat dibutuhkan. Namun kita tidak boleh menggunakannya secara sembarangan, bukan pada tempatnya. Tanpa kita sadari sering sekali kita menggunakan kata-kata bahasa asing, khususnya bahasa Inggris, ke dalam penggunaan bahasa Indonesia dalam pergaulan sehari-hari dengan cara diselipkan. Misalnya kata sorry, kata ini lebih banyak dan hampir sebagian besar orang menggunakannya dalam berbicara, apalagi anak muda. Dengan cara diselipkan, kata ini terasa lebih nikmat didengar telingga ketimbang kata maaf yang mungkin terasa aneh jika diucapkan seseorang jika memiliki salah. Pengecualian jika kita meminta maaf pada saat hari raya Idul Fitri umat Islam, tentunya lebih nyaman jika menggunakan kata maaf lahir dan batin. Itu jelas lebih “Indonesia”.

Masih banyak lagi, di lingkungan sekolah, kantor, dan bahkan di lingkungan pemerintahan kita sering menggunakan bahasa lisan yang jelas-jelas bukan pada aturannya. Suatu fenomena umum yang sudah menjadi pola kebiasaan bagi masyarakat Indonesia. Padahal kita tahu, ada yang namanya Kamus Besar, Bahasa baku, ataupun aturan-aturan lainnya dalam penggunaan bahasa Indonesia yang sebenarnya.
Bahasa tulis pun juga demikian. EYD, yang selama ini kita punya, hanyalah sebuah aturan yang begitu saja ditinggalkan oleh masyarakat kita. Tidak banyak yang tahu apa-apa saja aturan yang ada pada EYD. Paling-paling hanya kalangan akademis saja yang paham akan keseluruhan isi dari EYD. Itu pun juga yang memang biasa belajar bahasa Indonesia. Namun yang lainnya hanyalah terpaku saja dari apa-apa yang mereka tau. Dalam kehidupan sehari-hari pun kita sering melihat kesalahan-kesalahan dalam penggunaan bahasa baku yang ada di masyarakat. Kesalahan yang paling sering ialah penulisan kata apotik, yang sering terlihat oleh mata kita di sepanjang jalan dan yang terdapat di rumah sakit. Banyak yang tak menyadari bahwa kata yang benar ialah apotek. Sekali lagi, inilah merupakan pola kebiasaan yang salah yang sudah ada sejak lama dalam masyarakat kita, tanpa ada yang mau peduli untuk benar-benar merubahnya, sekali pun pemerintah yang dalam hal ini merupakan urusan Pusat Bahasa.
Lebih mengkhawatirkan lagi jikalau bahasa-bahasa asing yang ada sudah bercampur baur tidak menentu dengan bahasa Indonesia yang ada. Hal ini berakibat buruk sekali bagi keutuhan bahasa Indonesia itu sendiri dan tentunya dapat menghapus kemurnian sebuah bahasa Indonesia.Hal seperti ini pernah terjadi ketika pemerintah menginstruksikan agar pemakaian nama-nama asing yang digabung dengan bahasa Indonesia pada sebagian Mal, pasar swalayan, dan hotel-hotel untuk segera dirubah. Setelah itu, sebagian besar nama-nama itu memang dirubah. Namun, sekarang sepertinya aturan yang pernah diberlakukan itu hilang begitu saja ditelan masa. Justru sekarang lebih parah. Pusat-pusat perbelanjaan mewah, hotel-hotel-hotel berbintang, dan gedung-gedung lainnya mulai menggunakan nama dengan istilah asingnya yang semakin menjamur. Sehingga tatkala kita berkunjung ke jalanan di kota besar seperti Jakarta, jangan heran kalau kita merasa bagaikan berada di negeri orang dengan pemandangan gedung-gedung pencakar langit yang diberi nama dengan istilah-istilah bahasa asing.
Mungkin sebagian para pemilik gedung-gedung tersebut berpendapat bahwa dengan pemakain nama bahasa asing tentunya akan lebih memiliki kebanggan dan menarik minat masyarakat sesuai dengan tuntutan di era globalisasi. Namun, apakah dengan menggunakan nama bahasa Indonesia juga tudak membanggakan?. Yang pasti tidak akan rugi bagi para pemilik gedung yang mau memberi nama gedungnya dengan pemakaian bahasa Indonesia yang baik dan benar, seperti pemakain kata menara akan lebih baik ketimbang menggunakan istilah tower untuk gedung yang tinggi. Mereka juga akan lebih merasa menghargai keutuhan bahasa Nasionalnya.
Masalah lain yang tak kalah penting yang menyangkut keutuhan kemurnian bahasa Indonesia adalah mulai banyaknya penciptaan-penciptaan bahasa “gaul” yang dari dulu selalu saja ada istilah-istilah yang bermunculan. Bahkan Kamus Gaul pun pernah ada yang membuatnya. Dan itu memang sangat digemari.
Bahasa “gaul” inilah yang kerap kali diminati oleh para kaula muda. Penyebarannya pun sangat cepat sekali. Maka tak jarang jika para remaja di suatu wilayah atau kota sudah mengenal bahasa-bahasa “aneh” yang bermunculan. Mereka sering menggunakannya di sekolah-sekolah, kampus, dan tempat-tempat lainnya bersama dengan teman-temannya.
Sebenarnya sungguh ironis jikalau para remaja itu, yang juga belajar pelajaran Bahasa Indonesia di sekolahnya, tidak menjunjung tinggi bahasa Indonesia yang diajarkan. Mereka seringkali tidak mengindahkan nasehat para guru Bahasa Indonesia yang sering memberikan arahan untuk selalu menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar, baik dalam berbicara maupun dalam hal menulis.
Semua hal yang diungkap di atas merupakan berbagai macam fenomena kerapuhan dari sebuah kemurnian penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Semuanya hampir tidak pernah kita sadari, bahasa daerah, bahasa asing, bahasa “gaul”, penyimpangan kata, dan lain-lainnya, itulah yang sebenarnya selama ini membuat kita menggunakan bahasa Indonesia dengan tidak murninya. Hal ini berakar dari pola-pola kebiasaan awal yang salah dalam masyarakat yang setiap saat bergerak dengan cepatnya, bisa melalui media, lingkungan tempat tinggal, dan tempat-tempat di mana kita bisa menghabiskan waktu di sana. Pola-pola ini bisa merupakan suatu pengaruh berbahasa yang bisa datang dari mana saja. Bahasa asing dan bahasa daerah yang masuk “berdampingan” dengan bahasa Indonesia harus dijadikan kekuatan. Kita pun harus menghargai yang namanya suatu kemajemukan berbahasa. Namun, kita harus bisa menjaga keutuhan bahasa Indonesia dengan cara memposisikan masing-masing bahasa sesuai keperluan dengan tepat. Kita harus bisa melihat situasi, kondisi, dan tempat dalam pemakaian bahasa-bahasa tersebut. Jangan sampai bahasa Indonesia yang kita gunakan bercampur baur begitu saja dengan bahasa atau istilah lain yang dapat menyimpang dari aturan dan kaidah-kaidah yang sudah ditetapkan. Begitu juga dalam penggunaan bahasa sehari-hari. Yang harus kita perhatikan adalah penempatan posisi kita dalam berbicara menggunakan kata-kata popular dan ilmiah. Dalam lingkup resmi, bahasa ilmiah-lah yang digunakan. Bahasa popular kita gunakan dalam pergaulan sehari-hari di lingkup yang kecil. Tapi, kita harus tetap mengingat untuk tidak menyalahi aturan yang sudah ditetapkan.
Khusus untuk bahasa-bahasa “gaul” atau istilah-istilah “aneh” lainnya, memang ini yang paling sulit karena berhubungan langsung dengan anak muda. Padahal anak muda-lah yang nantinya sebagai penerus bangsa ini. Untuk itu kita tidak harus tinggal diam begitu saja. Karena kalau terus-terusan seperti ini, kemurnian bahasa Indonesia akan semakin semrawut, hingga pada akhirnya sudah tidak ada lagi bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan.
Hal ini merupakan pekerjaan keras bagi para pendidik untuk kaum muda. Di sekolah misalnya, guru Bahasa Indonesia harus bisa memberikan contoh yang baik dalam penggunaan bahasa. EYD, bahasa baku, serta aturan-aturan lainnya dalm pengguanaan bahasa yang baik dan benar dalam pergaulan sehari-hari harus sering dimasukkan ke dalam agenda pengajaran yang utama. Dengan begini, nantinya seorang guru bisa memberikan pengaruh yang besar bagi para pengguna bahasa Indonesia. Sehingga diharapkan pola-pola kebiasaan yang salah selama ini dapat dibenarkan.
Dengan melalui pendidikan formal seperti ini sedari kecil, diharapkan akan terbentuk bibit-bibit manusia yang mengerti apa itu bahasa Indonesia yang sebenarnya. Bukan itu saja, pendidikan informal atau dari luar sekolah pun juga bisa dilakukan. Negara ini memiliki Pusat Bahasa yang langsung dibawahi Departemen Pendidikan Nasional. Ini merupakan modal yang teramat baik. Pusat Bahasa tentunya harus mampu memberikan kontribusi yang berarti dalam hal penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Banyak yang bisa dilakukan oleh Pusat Bahasa. Seperti melakukan pelatihan kepada guru-guru Bahasa Indonesia dari segala jenjang pendidikan, mengadakan seminar- seminar kepada remaja atau masyarakat lainnya, mengadakan lomba-lomaba umum yang berhubungan dengan bahasa, mengadakan pelatihan serta lomba bahasa kepada wartawan atau media, dan kegiatan-kegiatan lainnya dalam rangka peningkatan kualitas berbahasa Indonesia yang baik dan benar.
Selain itu, Pemerintah juga harus bisa memberi contoh yang baik dalam pemakaian bahasa Indonesia yang baik dan benar. Karena dilema pemakaian bahasa Indonesia dalam pergaulan sehari-hari di masyarakat juga merupakan tanggung jawab Pemerintah dan tentunya kita semua.
Pemerintah juga harus bisa menempatkan posisi bahasa dalam kaidah yang tepat. Baik itu Presiden, Wapres, dan para Menteri-Menterinya di lingkungan departemen, harus mulai menggunakan bahasa Indonesia yang sesuai, tidak dengan penambahan-penambahan istilah asing dalam berbicara Indonesia karena itu bisa merusak kemurnian bahasa Indonesia. Salah satu aspek yang penting lagi adalah media. Media merupakan pengaruh yang besar dalam berbahasa, karena memang kita berhubungan langsung dengannya, baik secara audio maupun visual. Untuk itu kita harus lebih pandai-pandai menghindari pengaruh buruk yang dapat menjadi pola kebiasaan kita dalam berbahasa. Karena hanya dari media-lah berbagai macam jenis karakter bahasa bisa datang dengan begitu saja.
Untuk itu diharapkan kepada media agar dapat juga berperan dalam peningkatan kualitas penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar sesuai dengan aturan karena media pun juga menggunakan bahasa, yang merupakan aspek penting dari sebuah media.Tanpa bermaksud hendak menyalahi aturan tentang kebebasan pers, tentunya pemerintah pun harus lebih bisa mengawasi pemakaian bahasa di dalam suatu media, khususnya media cetak. Bahkan akan lebih baik jika pemerintah mengeluarkan peraturan mengenai batas-batas penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar dalam suatu media. Ini demi kelangsungan keutuhan bahasa Indonesia.
Di akhir tulisan ini penulis hanya berharap bahwa bahasa Indonesia yang sudah kita kenal sejak tahun 1928 sampai sekarang akan tetap ada selamanya. Akan tetap utuh dengan kemurniannya tanpa ada kerapuhan-kerapuhan di dalamnya. Akan tetap menjadi bahasa persatuan kita. Dan tetap menjadi satu-satunya bahasa Nasional yang ada di Negara tercinta ini. Juga diharapkan kepada seluruh elemen masyarakat, agar kita selalu menjaga keutuhan bahasa Nasional kita, bahasa Indonesia, selayaknya kita menjaga keutuhan Negara ini. Dan tidak ada lagi kebutaan tentang bahasa Indonesia, tidak ada lagi yang namanya ketidaksadaran akan sebuah kemurnian bahasa Indonesia, sehingga kita paham, kita tahu, dan mengerti apa itu bahasa Indonesia yang sesungguhnya. Dan bangsa yang besar bukan hanya bangsa yang menghargai jasa para pahlawannya, melainkan juga bangsa yang menghargai bahasanya.